Selasa, 17 Mei 2011

menggabungkan diri dan tidak mau berkerjasama dengan umat Islam, sebab sebagian kaum muslimin mengganggap mereka masih tergolong orang-orang Islam, tetapi Allah Maha Mengetahui kalau-kalau mau bergabung bersama kaum muslimin, tidak ada gunanya, malahan akan mendatangkan fitnah, memecah belah dan mengadu domba potensi umat Islam. Sebab kemungkinan ada juga diantara kaum muslimin yang mau mendengarkan pendapat dan pendirian orang-orang munafiq, karena sebagian kaum muslimin masih ada yang belum tahu persis watak dan sikap mereka sebagai golongan munafiq.
-       Menyuruh yang munkar dan melarang yang ma’ruf; firman Allah S.W.T dalam surat: 9 (At Taubah); 67: “orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan sebagian dari mereka adalah sama dengan sebagiannya. Mereka menyuruh melakukan munkar dan melarang daripada kebaikan, mereka menggenggam tangannya (bakhil). Mereka lupa kepada Allah, oleh sebab itu Allah melupakan mereka itu. Sesungguhnya orang-orang munafiq itu adalah orang-orang fasik”.
-       Orang-orang munafiq senang sekali menyuruh orang lain untuk melakukan yang munkar seperti pelacuran, perjudian, pemabukan, penipuan, kezaliman, permusuhan, mempertontonkan aurat wanita, dan sebaliknya melarang/mencegah orang lain berbuat ma’ruf seperti tidak melacur, tidak mempertontonkan aurat wanita, tidak meminum-minuman keras, tidak berjudi, berlaku jujur dan adil, bersifat pemaaf dan menjauhkan diri dari pertengkaran dan permusuhan. Jadi watak orang-orang munafiq selalu menentang setiap bentuk syariat Islam; mereka melakukan sesuatu tindakan yang senantiasa bertentangan dan bertolak belakang dengan norma-norma Islam.
-       Menurut Rasulullah SAW orang-orang munafiq itu melaksanakan ibadah ritual (ubudiyah mahdhdah) seperti shalat, shaum, ibadah haji, dan umroh serta senantiasa menyetakan dirinya seorang muslim, tetapi apabila berbicara, ia berbohong; apabila berjanji, ia mengingkari; apabila diberi amanah (diberi kepercayaan), ia khianat; seperti sabda Rasulullah SAW:
Ada tiga kriteria dan barang siapa yang terdapat didalamnya, maka ia adalah seorang munafiq, walaupun ia berpuasa, sholat, haji dan umroh dan ia berkata: “sungguh saya muslim; (tiga kriteria itu) yaitu: apabila berbicara, ia berbohong; apabila berjanji, ia ingkar; apabila diberi amanah, ia khianat”. (HR Muslim).
Demikianlah beberapa kriteria dan sifat-sifat yang menonjol dari orang-orang munafiq menurut al Quran dan al Hadist. Al Quran telah menerangkan sekitar 67 ayat yang tersebar didalam 9 surat. Dibawah ini disalinkan nomor surat dan nomor ayat tentang kaum munafiq:
-           Surat : (al Baqarah)             : 8-20; 204-205.
-           Surat : 3 (an Nisa)  : 60-61; 138-139.
-           Surat : 8 (al Anfal) : 49.
-           Surat : 9 (at Taubah)           : 44-45; 64-69; 79-80; 84; 86-87; 107-108.
-           Surat : 33 (al Ahzab)            : 1; 12-20; 48; 60-61; 73.
-           Surat : 48 (al Fath)   : 6.
-           Surat : 57 (al Hadid) : 13-14.
-           Surat : 63 (al Munafiqun) : 1-8.     
A.         Kelompok Atheis
a.       Atheisme / Firaunisme
Firman Allah S.W.T didalam Surat: 45 (Al Jashiyah): 23-24, berbunyi: “Maka pernakah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan didunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga”.
Abdullah Yusuf Ali mengomentari ayat ini sebagai berikut: “Apakah seseorang mengikuti selain undang-undang Allah yang berarti juga undang-undang yang sesuai dengan fitrah manusia yang telah diciptakan oleh Allah, tetapi ia mengikuti “hawa nafsunya” sendiri, sebagai bentuk pemberontakan dan keinginannya sendiri, akibatnya pasti dicabutnya kembali karunia dan petunjuk Allah S.W.T. Kemudian semua kecakapan / pembawaan yang baik, dijatuhkan ketempat yang hina, tidak ada seseorangpun yang dapat menunjukannya, kecuali ia kembali bertaubat kepada Allah S.W.T”. (Abdullah Yusuf Ali; 1934: 1360).
Selanjutnya, Muhammad Ali Shabuni menerangkan pengertian ayat ini yaitu: “Tolong beritahukan kepadaku wahai Muhammad tentang berita keadaan orang yang meninggalkan ibadah kepada Allah dan mengabdi kepada “hawa nafsunya”; dalam kitab Al Bahru, pengertian dia mengikuti hawa nafsunya, yaitu mengikuti apa yang diserunya, seakan-akan dia menyembahnya, sebagaimana seseorang menyembah Tuhannya. Ibnu Abbas berkata: “Itulah orang kafir, dia menjadikan agamanya sesuai dengan hawa nafsunya”. Allah telah menyesatkan dengan berbagai kesesatan didalam kondisi dia mengetahui tentang kebenaran, karena ia bukan orang awam. Maka dia lebih jelek dan lebih jahat daripada yang sesat karena kebodohannya. Sesungguhnya dia tidak dapat menerima hujjah yang dapat meneranginya. Siapakah yang bisa memberi petujuk kepada orang yang telah sesat? Tak ada sesuatupun yang mampu berbuat demikian! Apakah manusia tidak mengambil pelajaran? Menurut Tafsir Shawi: “Allah telah mensifati orang-orang kafir dengan empat macam sifat, yaitu:
-         Mengabdi kepada hawa nafsu;
-         Kesesatan dalam berilmu / kekeliruan dalam menggunakan ilmu;
-         Pendengaran dan hati mereka telah dipatri;
-         Dan penglihatan mereka sudah tertutup.
Menurut ayat dan pendapat para ahli tafsir, maka pengertian “mempertuhankan hawa nafsu” yaitu menjadikan segala potensi ruhani manusia seperti hawa nafsu, intuisi, akal dan kemauan sebagai sumber kebenaran, dan bersifat mutlak. Dengan kata lain manusia telah menjadikan dirinya sebagai Tuhan; dan dengan begitu dia tidak memerlukan Tuhan selain daripada dirinya. Manusia model begini inilah yang disebut atheis (tidak bertuhan kecuali dirinya). (Muhammad Ali Shabuni; 1981: 186).
Berbicara tentang model manusia atheis ini, Al Quran  telah memberikan contoh konkrit bagi sejarah umat manusia, yaitu “manusia Fir’aun”; seperti antara lain firman Allah S.W.T dalam surat: 28 (Al Qashash): 38, yang berbunyi: “Firaun berkata: Hai pembesar-pembesar kaum ku, aku tidak mengenal sesuatu Tuhan bagimu kecuali diriku sendiri”.
Untuk mengetahui watak dan sikap golongan Atheis dengan contoh model “manusia Firaun”, Al Quran telah memaparkannya dengan panjang lebar, tidak kurang dari 256 ayat, yang tersebar didalam 18 surat yaitu antara lain:
-         Surat: 7 (Al A’raf)         : 103-136.
-         Surat: 8 (Al Anfal)         : 52-54.
-         Surat: 10 (Yunus)          : 75-83, 90-92.
-         Surat: 11 (Hud)              : 96-99.
-         Surat: 20 (Thaaha)       : 24-79.
-         Surat: 23 (Al Mukminun)   : 45-48.
-         Surat: 25 (Al Furqan)   : 43-44.
-         Surat: 26 (Asy Syu’ara)     : 10-58.
-         Surat: 27 (An Namal)  : 12-14.
-         Surat: 28 (Al Qashash)      : 3-12; 32-42.
-         Surat: 40 (Al Mukmin)  : 23-29; 36-37.
-         Surat: 43 (Az Zukhruf)  : 46-55.
-         Surat: 44 (Ad Dukhan)      : 17-27.
-         Surat: 45 (Al Jasyiyah) : 23-24.
-         Surat: 51 (Az Zaariyat)      : 38-40.
-         Surat: 73 (Al Muzammil)   : 15-16.
-         Surat: 79 (An Naazi’at)    : 17-25.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar