Rabu, 01 Juni 2011

Dan kata Ibnu Juraij: “Munafiq yaitu selalu bertentangan antara kata dengan perbuatan, yang tampak dengan yang tersembunyi, yang masuk dengan yang keluar, yang nyata dengan yang ghaib. Dan sesungguhnya sifat-sifat munafiq diungkapkan oleh Al Quran dalam surat-surat yang diturunkan di Madinah; karena pada periode Mekah belum terdapat adanya munafiq. Malahan keadaannya adalah sebaliknya; ada orang-orang yang menampakan kekafirannya, padahal pada batinnya adalah mukmin. Tetapi tatkala Rasulullah s.a.w. hijrah ke Madinah, dimana ia diterima oleh kaum Anshar, yang terdiri atas suku Aus dan Khajraj; mereka dahulunya adalah penyembah berhala seperti umumnya orang-orang Arab. Disamping itu ada kaum Yahudi dari Ahli Kitab, yang tetap beragama Yahudi; dan mereka terdiri atas tiga suku yaitu Banu Qainuqa yang bersahabat dengan suku Khajraj, dan Banu Nadhir serta Banu Quraizah yang bersahabat dengan suku Aus. Maka tatkala Rasulullah s.a.w. tiba di Madinah banyaklah orang-orang Anshar dari suku Aus dan Khajraj yang masuk Islam. Dan dari Yahudi hanya ada seorang yang masuk Islam yaitu Abdullah bin Salam ra. Dan disini belum terdapat orang-orang munafiq, karena kaum Muslimin belum memperoleh kekuatan yang ditakuti. Bahkan Rasulullah s.a.w. mengadakan perdamaian dengan kaum Yahudi dan susku-suku Arab yang ada disekitar Madinah. Tetapi tatkala terjadi perang Badar yang besar, dan Allah menampakan pertolongan-Nya dan memenangkan Islam dan para pemeluknya, keadaan menjadi berubah. Diceritakan ada seorang yang bernama Abdullah bin Ubay bin Salul, ia adalah pemimpin dari suku Aus dan Khajraj pada zaman sebelum Islam (Jahiliyah); dan mereka telah bercita-cita untuk menjadikan Abdullah bin Ubay bin Salul sebagai raja mereka. Tatkala Islam datang, mereka masuk Islam, termasuk Abdullah bin Ubay bin Salul. Tetapi hatinya Abdullah bin Ubay bin Salul mulai tergoncang, setelah kemenangan kaum muslimin dalam perang Badar, karena harapannya untuk menjadi raja (penguasa) mulai suram; disinilah mulai lahirnya kaum munafiq. (Ibnu Katsir; 1960: 47).
Gambaran yang jelas tentang kelompok munafiq ini, dimuat dalam firman Allah S.W.T dalam surat: 63 (Al Munafiqin): 1-3, yang berbunyi:
“Apabila orang-orang munafiq datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata: “Kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafiq itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai tameng, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi), lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti”.
Menurut Abdul Karim Zaidan: “Dasar kemunafikan itu adalah kekufuran dan rasa pengecut; dengan menyembunyikan kekufurannya dan rasa pengecutannya itu yang menyebabkan seseorang menjadi munafiq untuk menyatakan sebaliknya dari sesuatu yang disembunyikan didalam hatinya. Karena itu tidak akan menjadi orang munafiq melainkan orang pengecut, yang lemah semangatnya dan berusaha untuk mengadakan pertentangan dengan cara sembunyi-sembunyi.
Orang-orang munafiq lebih merusak dan lebih berbahaya dari orang kafir lainnya, sekalipun keduanya sama didalam kekafiran yang tersembunyi didalam hati, maka cara-cara mengenal mereka itu hanya dengan mengenal tanda-tanda yang lahir pada dirinya. Apabila tanda-tanda kemunafikan telah nyata, kaum muslimin harus berhati-hati menghadapi mereka dan selalu berusaha menyingkirkan segala macam tipu dayanya.
Tanda-tanda kemunafikan itu dapat diketahui dari Al Quran dan Al Hadist Rasulullah s.a.w., yang mungkin sebagian tanda-tanda itu tmpak dalam pergaulan atau dari akhlaqnya. Semua tanda-tanda itu tidak akan berubah dan sama pada setiap waktu dan tempat, karena itu nama itu tidak akan berubah, hanya yang kemungkinan berubah orangnya saja, kendatipun diantara orang mencoba berubah nama sifat itu, namun hakikatnya tidak akan berubah.
Adapun tanda-tanda dan sifat-sifat orang munafiq yang paling menonjol yaitu:
-         Mengangkat orang kafir menjadi pemimpin mereka:
Firman Allah S.W.T dalam surat 4 An Nisa: 138-139: “Berilah kabar gembira kepada orang-orang munafiq bahwa sesungguhnya bagi mereka itu siksa yang pedih. Yaitu mereka mengangkat orang-orang kafir itu menjadi pemimpin mereka bukan orang-orang Islam. Patutkah mereka mencari kemuliaan daripada mereka itu? Maka sesungguhnya kemuliaan itu semuanya hanya milik Allah”.
Orang-orang munafiq berusaha membantu orang-orang kafir, antara lain dengan cara menggangkat orang-orang kafir itu menjadi pemimpin didalam kehidupan mereka. Targetnya tidak lain agar kekuasaan kaum muslimin itu lenyap dan digantikan oleh orang-orang kafir.
-         Mengambil hukum thagut dan manyingkirkan hukum Islam; firman Allah S.W.T dalam surat: 4 (An Nisa): 60-61: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengakui dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thagut, padahal mereka telah diperintahkan mengingkari thagut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka: “marilah kamu (tunduk) kepada hukum Allah yang telah diturunkan kepada hukum Rasul; niscaya kamu lihat orang-orang munafiq itu menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu”.
-         Orang-orang munafiq lebih senang menggunakan hukum yang tidak bersumber kepada hukum Allah yang dibawa Rasul-Nya. Mereka selalu menggunakan hukum thagut yaitu hukum yang mereka ciptakan sendiri, yang mereka anggap lebih baik dan lebih cocok untuk kehidupan mereka. Bahkan mereka menganggap bahwa hukum Allah (syariat Islam) telah ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan zaman yang terus maju. Untuk itu mereka berusaha dengan bermacam cara guna menghalang-halangi dan kalau dapat menyingkirkan zyariat Islam didalam kehidupan baik untuk individu masyarakat dan Negara.
-         Menyebarkan fitnah dikalangan kaum muslimin, firman Allah S.W.T dalam surat: 9 (At Taubah): 47: “sekiranya mereka keluar bersama kamu tidaklah mereka menambah (kekuatan) untuk kamu, malainkan kerusakan dan mereka segera masuk diantara kami sambil menyebar fitnah dikalangan kamu, sebab diantara kamu ada orang-orang yang suka mendengarkan (hasutan) mereka, tetapi Allah mengetahui orang-orang yang zalim”.
Orang-orang munafiq selalu berusaha melemahkan kaum muslimin dengan menyebar fitnah, memecah belah serta mengadu domba. Kaum muslimin kadang-kadang merasa sedih, karena mereka (orang-orang munafiq) tidak mau menggabungkan diri dan tidak mau berkerjasama dengan umat Islam, sebab sebagian kaum muslimin mengganggap mereka masih tergolong orang-orang Islam, tetapi Allah Maha Mengetahui kalau-kalau mau bergabung bersama kaum muslimin, tidak ada gunanya, malahan akan mendatangkan fitnah, memecah belah dan mengadu domba potensi umat Islam. Sebab kemungkinan ada juga diantara kaum muslimin yang mau mendengarkan pendapat dan pendirian orang-orang munafiq, karena sebagian kaum muslimin masih ada yang belum tahu persis watak dan sikap mereka sebagai golongan munafiq.
-         Menyuruh yang munkar dan melarang yang ma’ruf; firman Allah S.W.T dalam surat: 9 (At Taubah); 67: “orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan sebagian dari mereka adalah sama dengan sebagiannya. Mereka menyuruh melakukan munkar dan melarang daripada kebaikan, mereka menggenggam tangannya (bakhil). Mereka lupa kepada Allah, oleh sebab itu Allah melupakan mereka itu. Sesungguhnya orang-orang munafiq itu adalah orang-orang fasik”.
-         Orang-orang munafiq senang sekali menyuruh orang lain untuk melakukan yang munkar seperti pelacuran, perjudian, pemabukan, penipuan, kezaliman, permusuhan, mempertontonkan aurat wanita, dan sebaliknya melarang/mencegah orang lain berbuat ma’ruf seperti tidak melacur, tidak mempertontonkan aurat wanita, tidak meminum-minuman keras, tidak berjudi, berlaku jujur dan adil, bersifat pemaaf dan menjauhkan diri dari pertengkaran dan permusuhan. Jadi watak orang-orang munafiq selalu menentang setiap bentuk syariat Islam; mereka melakukan sesuatu tindakan yang senantiasa bertentangan dan bertolak belakang dengan norma-norma Islam.
Menjadikan masjid sebagai alat untuk menghancurkan kaum muslimin; firman Allah S.W.T dalam surat: 9 (At Taubah): 107-108: “diantara mereka juga ada orang yang membangun masjid untuk menciptakan kemudaratan dan kekafiran serta memecah belah orang-orang yang beriman, sambil menantikan orang-orang yang 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar