Rabu, 01 Juni 2011

kenyataan: “alam semesta bergantung pada manusia” (R.F. Berling, 1966, hal, 15; 49-50; 80).
Dari pernyataan-pernyataan tokoh sekuler dunia menunjukan bahwa mereka adalah manusia “arogan yang dungu, yang benar-benar naif (kekanak-kanakan). Sebab, selama 35.000 tahun manusia (Homo Sapien) mendiami planet bumi ini, dengan akal budinya, yang melahirkan filsafat, sains dan mistik tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana: “apakah hakikat manusia”; apakah hakikat materi?”.
Kemudian pengertian sekularisme adalah isme (paham atau aliran) dalam kultur yang mempunyai tanda:
-         secara sadar memusatkan perhatian kepada masalah dunia.
-         Dengan sadar pula mengasingkan dan menyisihkan peran agama / wahyu dari pelbagai peri kehidupan dan penghidupan di dunia ini. Tegasnya nilai-nilai Ilahi (agama wahyu) jangan dibawa-bawa menyelesaikan masalah dunia, negara dan masyarakat.
(Endang Saifuddin Anshary, 1973, hal 1).
Selanjutnya, sekularisme melahirkan tiga ideologi besar dunia yaitu:
1.     Komunisme / Sosialisme dengan tokoh utamanya Karl Marx (1818 – 1884) dan Lenian (1870 – 1924), yang menuhankan “materi” (materialisme); dalam pengertian bahwa esensi segala sesuatu adalah materi. Hal-hal yang bersifat spiritual/rohani adalah produk dari materi. (C.A. van Peursen, 1980, hal. 37).
2.     Kapitalisme dengan tokoh utamanya, seperti Thomas Jefferson (Presiden Amerika Serikat: 1801 – 1809) dan Dogobert Renes, yang menuhankan individu (individualisme); dalam pengertian individu sebagai titik sentral dari perikehidupan dan penghidupan manusia. (Achmad Rustandi et.al, 1971, hal. 75 – 76).
3.     Nasionalisme dengan tokoh utamanya Giussepe Mazzini (1806 – 1872), yang menuhankan bangsa dan tanah air; dalam pengertian menjadikan bangsa dan tanah air sebagai kepentingan tertinggi. (J. Verkuyl, Etika Kristen, 1976, hal 138 – 139).
Secara historis, baik dalam skala global maupun nasional ketiga ideologi tersebut (komunisme / sosialisme, kapitalisme dan nasionalisme) senantiasa memusuhi Islam dan kaum Muslimin yang konsisten terhadap Syariat Islam.
Untuk mengetahui watak dan sikap golongan Atheis dengan contoh model “manusia Firaun”, Al Quran telah memaparkannya dengan panjang lebar, tidak kurang dari 256 ayat, yang tersebar didalam 18 surat yaitu antara lain:
-         Surat: 7 (Al A’raf)        : 103-136.
-         Surat: 8 (Al Anfal)       : 52-54.
-         Surat: 10 (Yunus)        : 75-83, 90-92.
-         Surat: 11 (Hud)           : 96-99.
-         Surat: 20 (Thaaha)       : 24-79.
-         Surat: 23 (Al Mukminun) : 45-48.
-         Surat: 25 (Al Furqan)   : 43-44.
-         Surat: 26 (Asy Syu’ara) : 10-58.
-         Surat: 27 (An Namal)   : 12-14.
-         Surat: 28 (Al Qashash) : 3-12; 32-42.
-         Surat: 40 (Al Mukmin)  : 23-29; 36-37.
-         Surat: 43 (Az Zukhruf) : 46-55.
-         Surat: 44 (Ad Dukhan) : 17-27.
-         Surat: 45 (Al Jasyiyah) : 23-24.
-         Surat: 51 (Az Zaariyat) : 38-40.
-         Surat: 73 (Al Muzammil) : 15-16.
-         Surat: 79 (An Naazi’at) : 17-25.
-         Surat: 89 (Al Fajar)      : 10-13.
Kemudian sikap dasar kaum Muslimin terhadap kaum kafir, berdasarkan ketentuan-ketentuan syar’i adalah sebagai berikut:
·        Dalam bidang aqidah, ibadah dan Muamalah yang ketentuan hukumnya “wajib” harus bersikap keras, tegas tanpa kompromi, sebagaimana diatur dalam Q.s.: 48:29; dan Q.s: 5:54.
·        Apabila kaum kafir itu bersikap bermusuhan terhadap Islam dan kaum Muslimin, walaupun mereka mempunyai hubungan kekeluargaan / kebangsaan, maka putuslah rasa cinta – kasih dan persaudaraan dengan mereka. (Q.s; 58:22).
·        Apabila kaum kafir itu memusuhi dan memerangi kaum Muslimin baik dengan lisan, tulisan dan perbuatan, maka harus dijawab dan dilayani dengan lisan, tulisan dan perbuatan yang setimpal, sebanding (qishash), sebagaimana diatur dalam Q.s.: 2;194; dan Q.s.; 42:40.
I.            KESIMPULAN DAN PENUTUP
1.     Kesimpulan
Berdasarkan uraian cukup panjang dimuka, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.      Pola Perjuangan KH. Noer Alie dalam menegakan Islam, meniru pola yang ditempuh oleh Rasulullah s.a.w.. Hal ini adalah konsisten dengan firman Allah S.W.T, Q.s: 33: 21: “Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu adalah satu tauladan yang terbaik bagi kamu”.
b.     Langkah awal perjuangan KH Noer Alie yaitu mendirikan lembaga pendidikan pondok pesantren, yang historis meniru pola pendidikan “As Suffah dengan masjid Nabawinya”, yang didirikan oleh Rasulullah s.a.w. di Madinah.
c.      Terjunnya KH Noer Alie dalam perang kemerdekaan Indonesia (1945-1948) dalam menentang serangan tentara penjajah sekutu (Inggris dan Amerika Serikat), NICA (Belanda) dan Fasis (Jepang), juga mengikuti peperangan yang dilakukan oleh Rsulullah sejak “perang Badar” (17 Ramadhan 2 Hijriah / 7 Mei 623 M) dimana pasukan tentara kafir Quraish Mekah datang menyerbu Negara Islam Madinah yang dipimpin oleh Rasulullah Sendiri.
Peperangan pada zaman Rasulullah s.a.w. menjadi kepala negara dan kepala pemerintahan selama 10 tahun di Madinah telah 63 kali perang, dimana 27 kali perang dipimpin langsung Rasulullah sebagai penglima perangnya, dan perang semacam ini disebut “Ghazwah”; dan 36 kali perang dipimpin oleh para sahabat Nabi, dan dinamakan perang seperti ini disebut “Sariyah”.
d.     Selain itu para ulama pendiri dan pemimpin pondok pesantren di Indonesia, sejak Kesultanan Perlak (1078-1296) telah turut berperang bersama-sama para Sultan menghadapi serangan Raja Sriwijaya – Budha dari Palembang; Kesultanan Samudera Pasai (1297-1434) dalam menghadapi serangan Raja Majapahit-Hindu dari Jawa, Raja Siam-Budha dari Burma, Kaisar Cina-Kong Hu Cu Kesultanan Demak (1477-1525) dalam menghadapi serangan dari pasukan Portugis-Kristen dari Malaka, Raja Sri Giridrawardana-Hindu dari Janggala-Jawa Timur; dan seterusnya sampai KH Zainal Musthafa dari pondok pesantren Singaparna-Tasikmalaya Jawa Barat, bersama 86 orang santrinya gugur sebagai syuhada dalam perang melawan tentara Kolonial Fasis Jepang pada akhir 1943.
Jadi telah menjadi “Sunnah Rasul” dan perjuangan para ulama “wara tsahul ambiya”, bahwa dalam menghadapi “kezaliman dan kemunkaran”, perang adalah jalan utama yang harus ditempuh umat Islam.
e.      Begitu pula peran aktif KH Noer Alie dalam perjuangan politik pada partai Islam Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia) sampai beliau menjadi anggota Konstituante RI (badan pembuat Undang-Undang Dasar RI) sejak 1955-1959, mengikuti pola perjuangan politik Rasulullah yang telah menjadi kepala negara Madinah selama 10 tahun (622-632) dan Khalifa al Rasyidin (Abu Bakar Sidiq, Umar Ibnu Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abithalib) yang berkuasa (623-661).
Jadi perjuangan politik adalah merupakan Sunnah Rasul dan Sunnah Khalifa al Rasyidin yang secara syar’i wajib di lakukan oleh kaum muslimin.
Pemisahan masalah politik dengan Islam bukan berasal dan bersumber dari ajaran Islam, tetapi berasal dari sekularisme kaum kafir dalam usaha mereka menjajah umat Islam.
2.     Penutup
Jejak langkah KH Noer Ali dalam memperjuangkan Islam secara utuh senantiasa berorientasi kepada Sunnah Rasul, Sunnah Khulafa al Rasyidin dan pola perjuangan para ulama pondok pesantren di Indonesia, maka umat Islam, khusus para murid dan santri KH Noer Alie harus mengerti pola contoh perjuangan beliau. Bagi para murid dan santri beliau, yang mengabaikan atau menentang jejak langkah beliau adalah suatu pengkhianatan terhadap amanah yang telah beliau berikan kepada para murid dan santri selama hayatnya.
Alhamdulillahi rabbil alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar