Rabu, 18 Mei 2011

agama, maka pertarungan tersebut akan melibatkan semua pemeluk agama Yahudi, Kristen dan Islam dimanapun mereka berada. Sebab agama itu adalah suatu hal yang disebut “problem of ultimate concern”, suatu masalah yang mengenai kepentingan mutlak; yang berarti bila seseorang membicarakan soal agamanya, maka ia tak dapat tawar-menawar lagi; demikian Prof. Tillich. Karenanya, apabila terjadi sikap-sikap emosional, keras dan kasar tentang penghinaan terhadap suatu agama adalah sesuatu hal yang wajar. Hanya orang-orang atheis-agnotis-dungu, yang tidak tersinggung, apabila agamanya dihina!.
Berkenaan dengan konstatasi, yang kami sebutkan dimuka, akan kami uraikan secara religius, filosofis dan ilmiah dibawah ini, sehingga para pembaca pencinta kebenaran dan keadilan dapat memperoleh gambaran secara objektif dan gamblang.
Kepada semua pihak, terutama yang membaca dan meneliti tulisan ini, kami akan menerima dengan tangan terbuka, semua kritik dan sanggahan yang diberikan.
Akhirnya, semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi umat manusia, dan menjadi amal shaleh bagi penulis, dengan harapan mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT.










I.           THEOLOGI DAN IDEOLOGI KRISTEN BERASAL DARI YAHUDI

1.      Yahudi
Secara historis nenek moyang kaum Yahudi bernama Nabi Ya’qub, yang tinggal di daerah Qan’an dan dari suku Ibrani. Pada tahun 1800 SM Ya’qub dan anak cucunya pindah ke Mesir. Nabi Yusuf, putera Ya’qub, yang menjadi kepala perbendaharaan pada kerajaan Fir’aun, mempermudah kehidupan kaum Yahudi di Mesir. Tetapi setelah Ya’qub wafat pada 1689 SM dan Yusuf meninggal pada tahun 1635 SM, nasib kaum Yahudi di Mesir mengalami penindasan dari penguasa Fir’aun, sampai lahirnya nabi Musa dari kalangan Yahudi. Berkat kepemimpinannya, kaum Yahudi dapat lepas dari penindasan Fir’aun, dan kembali ke Palestina. Musa bersama-sama kaumnya membangun suatu kerajaan Yahudi. Setelah Musa wafat, para penggantinya adalah raja-raja yang lemah, sampai tampilnya Nabi Dawud yang berkuasa pada 1058 – 1017 SM, kerajaan Yahudi bangkit kembali, dan puncak kerajaan Yahudi dibawah pimpinan Nabi Sulaiman, yang wafat pada 975 SM (Moenawar Chalil; 1980: 123 – 126).
Setelah Sulaiman wafat, kaum Yahudi bernasib sangat buruk, dimana penguasa asing silih berganti menjajah mereka. Pada tahun 722 SM Raja Salman Nazar menjajah kaum Yahudi; kemudian pada tahun 677 SM Raja Assyiria menjajah kaum Yahudi; kemudian pada 610 SM Raja Fir’aun dari Mesir, menguasai kaum Yahudi dan raja Babylonia menjajahnya pada 606 SM. Pada 599 SM kaum Yahudi memberontak terhadap penguasa kolonial Babylonia, tetapi gagal; akibatnya 10.000 kaum Yahudi ditangkap dan dijadikan budak serta semua harta pusaka kuno, termasuk kitab Taurat, yang tersimpan di Haikal Sulaiman (Baitul Maqdis) di bakar. Lalu pada 330 SM Raja Iskandar dari Maqdania mengalahkan Persia dan menjajah kaum Yahudi (M. Fuad Fachruddin, tanpa tahun, 2-3).
Berdasarkan fakta sejarah, kaum Yahudi sejak tahun 722 SM sampai dengan 330 SM senantiasa dijajah oleh penguasa asing yang kejam, terutama penguasa Babylonia, yang berkuasa sejak 606 SM – 536 SM, dengan memperbudak 10.000 orang Yahudi, merampas harta pusaka, termasuk kitab Taurat, yang tersimpan di Haikal Sulaiman dan membakarnya.
Oleh karena itu penulisan kembali kitab Taurat pada abad ke-enam (539 SM)  dilakukan berdasarkan hafalan dan cerita-cerita dari para Rahib (Pendeta) kaum Yahudi.
Adapun kitab Taurat (perjanjian lama) menurut versi baru tersebut disusun atas lima juz, yang disebut “Sifra”, yaitu:
a.       Kitab Kejadian, yang berisi tentang:
Ø      Riwayat kejadian langit dan bumi
Ø      Riwayat kisah Nabi Adama sampai Nabi Yusuf
b.      Kitab Keluaran, yang berisi tentang:
Sejarah kaum Yahudi ketika masih berdiam di Mesir sampai keluar dari Mesir ke gunung Sinai Palestina.
c.       Kitab Imamat orang Lewi, yang berisi tentang:
Beberapa syariat agama Yahudi.
d.      Kitab Ulangan, yang berisi tentang:
Beberapa syarat agama Yahudi dan sejarahnya.
Kemudian kitab Taurat berisi lampiran-lampiran sebanyak 34 asfar (juz), yang berisi mengenai catatan sejarah, riwayat dan kisah-kisah, wasiat dan pengajaran nabi-nabi kaum Yahudi semenjak Nabi Musa AS sampai kaum Yahudi dijajah oleh Babylonia.
Adapun asfar lampiran kitab Taurat (Perjanjian Lama) tersebut bernama:
Ø      Kitab Yusak
Ø      Kitab Hakim-hakim
Ø      Kitab Ruth
Ø      Kitab Samuel yang pertama
Ø      Kitab Samuel yang kedua
Ø      Kitab Raja-raja yang pertama
Ø      Kitab Raja-raja yang kedua
Ø      Kitab Ezra (Uzair)
Ø      Kitab Hehamia
Ø      Kitab Ester
Ø      Kitab Ayub
Ø      Kitab Mazman
Ø      Kitab Amsal Sulaiman
Ø      Kitab al Khatib
Ø      Kitab Ainul Asyr
Ø      Kitab Nabi Yesaya
Ø      Kitab Nabi Nadab Yermia
Ø      Kitab Nabi Yezekil
Ø      Kitab Nabi Daniel
Ø      Kitab Nabi Hozca
Ø      Kitab Nabi Yeol
Ø      Kitab Nabi Ames
Ø      Kitab Nabi Okari
Ø      Kitab Nabi Yunus
Ø      Kitab Nabi Mikha
Ø      Kitab Nabi Pahan
Ø      Kitab Nabi Habakak
Ø      Kitab Nabi Zefania
Ø      Kitab Nabi Zebaria
Ø      Kitab Nabi Meleakhi
(Agus Hakim; 1985: 68-69).
Dalam waktu bersamaan Rahib Ezra (Uzair) menulis pula kitab Talmud. Kitab tersebut merupakan tafsiran dari kitab Taurat (Perjanjian Lama). Kemudian para Rahib Yahudi menambahkan pula kedalam kitab Talmud hukum-hukum yang lebih terinci, baik mengenai masalah perseorangan maupun masyarakat. Lalu para Rahib Yahudi yang terdiri atas 120 orang, yang terkenal dengan Rahib-Rahib Tsana’iyah” telah menjadikan kitab Taurat dan kitab Talmud sebagai sumber ajaran agama Yahudi.
Kaum Yahudi berkeyakinan bahwa kitab Talmud adalah setaraf dengan kitab Taurat. Bahkan ada diantara para Rahib Yahudi berpendapat dengan Kitab Talmud sudah ada sebelum kejadian alam; dan barang siapa yang merubahnya akan mati seketika. (LPPA Muhammadiyah; 1978: 16-19).
Berdasarkan fakta yang terungkap di muka, maka dapat disimpulkan bahwa methoda penulisan, sistematikanya (urutannya), pengelompokan masalah, isinya (materinya) sampai adanya lampiran-lampiran sebanyak 34 Juz adalah karya tulis / karangan manusia biasa dan bukan kitab suci yang berasal dari wahyu Allah SWT.
Kesimpulan ini sejalan dengan firman Allah dalam Al Quran, surat al Baqarah: 79: “Maka kecelakaan yang besar, bagi orang-orang yang menulis al kitab dengan tangan mereka sendiri; lalu dikatakannya; ini dari Allah (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan”.
Kebenaran bunyi surat al Baqarah: 79, diperkuat oleh kritik Pendeta J.R Dummelow, yang mengatakan antara lain: “akan tetapi jika diteliti secara seksama, haruslah diakui bahwa kitab Taurat menerangkan banyak hal yang saling bertentangan satu dengan lainnya. Misalnya, sudah dapat dipastikan bahwa Nabi Musa tidak menulis sendiri tentang peristiwa kematian dirinya sendiri; seperti dalam kitab ulangan, 5:34; kitab ulangan, 1:1, yang menyatakan bahwa Nabi Musa mengucapkan kata-kata diseberang sungai Yordan; ini jelas dibuat menurut pendirian seseorang yang tinggal disana. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar