Selasa, 17 Mei 2011

-         Surat: 89 (Al Fajar)       : 10-13.


a.       Atheisme / sekularisme
Dari pembicaraan tentang Yudaisme dan Kristenisme dimuka, ada beberapa doktrin dan ajaran agama Yahudi dan Kristen yang memerlukan analisa kritis dan objektif, sehingga diperoleh kebenaran yang jujur dan dapat diterima oleh akal budi manusia. Diantara masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut.
·           Doktrin Theologi
Dalam agama Yahudi, doktrin theologi disebut “Monotheisme-Rasionalistis”, dimana Tuhan Yahwe yang tunggal hanya untuk kaum Yahudi dan menempatkan Musa sebagai Pengeran (Lord), yang kemudian berkembang menjadi Putera Tuhan, yang substansinya, sifat dan perbuatannya adalah sama dengan Tuhan Yahwe. Keterangan tersebut diatas dapat ditemani dalam kitab Talamud yakni kitab tafsir dari kitab Taurat, yang posisi hukumnya sama dengan kitab Taurat, yang ditulis oleh Rahib Ezra (Uzair), orang suci kaum Yahudi, pada abad VI SM. Dengan pemikiran theology kaum Yahudi semacam ini, maka Philo Yudaeus (Yahudi dari Aleksandria)  memasukan kedalam doktrin Trinitas yang berisi: Tuhan Bapak, Putera Tuhan, dan Roh Kudus, dimana substansinya, sifatnya dan perbuatannya adalah sama diantara ketiga oknum tersebut.
Dilihat dari pandangan filsafat, konsepsi theology semacam ini disebut filsafat monisme, dimana Tuhan dan alam adalah tunggal. Alam semesta (Universam) dan segala yang terkandung didalamnya adalah emanasi (pancaran, al faidh) dari Tuhan, sehingga substansinya adalah sama. Perbedaan antara Tuhan dengan alam semesta bersifat gradual, bukan substansial. Tuhan berada dimana-mana atau dimana-mana ada Tuhan.
Filsafat Monisme berasal dan bersumber dari Hinduisme dengan kitab Upanishad-nya dan dengan doktrin theology “Trimurtinya”, yaitu: Brahma, Syiwa dan Wisnu. Dan ketiga Dewa (Brahma, Syiwa dan Wisnu) tersebut akan menjelma menjadi dewa dan dewi yang lebih spesifik disemua segi kehidupan manusia, seperti antara lain: Dewa Agni (api), Dewa Candra (bulan), Dewa Bayu (angin), Dewi Sri (padi), Dewi Pertiwi (bumi) dan lain-lain.
Dengan konsepsi theology Monisme, maka kaum Yahudi dan Kristen mempunyai keyakinan bahwa mereka adalah anak-anak Tuhan, yang substansinya, sifatnya dan perbuatannya adalah sama dengan Tuhan Yahwe dan Tuhan Bapak. Lebih dari itu, karena Tuhan Yahwe dan Tuhan Bapak sangat abstrak dan sangat jauh maka Anak-Anak Tuhan menjadi Tuhan yang sesungguhnya. Inilah hakekat dari teori ilmiah antropolog Ludwig Feuerbach (Jerman) yang menyatakan: “Homo homini Deus” (Tuhan yang sesungguhnya adalah diri manusia sendiri). (Ignace Lepp; 1985:67).
·           Ajaran Tentang Bangsa Istimewa
Dalam kitab Perjanjian Lama (Taurat), pasal kitab Ulangan, 7:14, berbunyi: “hanyalah kamu yang dipilih oleh Tuhanmu, supaya kamu menjadi bangsa yang paling istimewa, mengatasi semua bangsa yang ada dipermukaan bumi ini”.
Pengertian ayat tersebut diatas ialah setiap orang yang telah memeluk agama Yahudi, secara langsung menjadi manusia pilihan Tuhan, yang sangat istimewa untuk mengatasi / menguasai manusia-manusia non Yahudi, walau mereka itu bodoh dan jahat.
Memang secara rasional, intuitif dan empiris pernyataan tersebut sangat sulit bisa diterima oleh akal-budi dan pengalaman manusia. Seseorang yang bodoh dan jahat menjadi manusia istimewa yang berhak mengatasi dan menguasai manusia lainnya yang mungkin lebih pandai dan lebih baik karena semata-mata faktor agama, yakni kaum Yahudi dan non Yahudi.
Dari ajaran semacam ini akan melahirkan watak dan sifat bagi kaum Yahudi seperti rasa superioritas dan arogan / sombong, rasialis dan penghinaan terhadap kaum non Yahudi.
Lebih jauh dari itu watak dan sifat seperti itu akan sangat mempengaruhi  kaum Kristen, karena secara imani mereka telah menerima kitab perjanjian Lama (Taurat) sebagai kitab suci kedua setelah kitab Perjanjian Baru (Injil).
Kemudian sejalan dengan ajaran tersebut, maka kitab Perjanjian Baru (injil), II Korintus, 5:19, mengajarkan tentang “pembebasan dosa”, seperti berbunyi: “Yesus adalah sebagai penebus dosa, yang telah menanggung dosa seluruh umat manusia”.
Pengertian tentang ajaran “Penebusan dosa”, tersebut hanya teruntuk bagi orang-orang telah memeluk agama Kristen, dan tidak berlaku bagi kaum non Kristen. Dengan ajaran “pembebasan dosa” bagi kaum Kristen, maka betapapun besarnya dosa yang mereka telah lakukan, akan tetap dinilai tidak berdosa; karena dosa-dosa kaum Kristen secara umum telah ditebus oleh Yesus Kristus. Karenanya kaum Kristen akan jadi manusia-manusia istimewa yang suci tanpa dosa bagaikan malaikat-malaikat.
Selanjutnya, apabila ajaran tentang “manusia sangat istimewa” dan “pembebasan dosa / manusia suci” digabung dengan doktrin theology “Anak-Tuhan”, yang diangkat menjadi “manusia Tuhan” (Homo Homini Deus), maka pengertiannya sangat memperkokoh doktrin theology tersebut. Sebab manusia-Tuhan (yang diyakini sebagai Tuhan yang sebenarnya), wajib mempunyai sifat “sangat istimewa” dan maksum (tak berdosa).
·           Ajaran Tentang Penjajahan dan Perbudakan
Dalam kitab Perjanjian Lama (Taurat), pasal kitab Ulangan; 2:10-16, berbunyi: ketika kamu sudah mendekati pada suatu daerah untuk kamu perangi, ajaklah mereka untuk berdamai, kalau mereka mau berdamai dan telah banyak memberi kebebasan kepada kamu, maka semua penduduk yang tinggal didaerah tersebut boleh kamu tipu dan boleh kamu perbudak. Tetapi jika mereka tidak mau menyerah, bahkan terus memerangi kamu, maka kepunglah mereka itu. Dan jika Tuhanmu menyerahkan daerah itu ketanganmu, maka pukulah semua kaum laki-lakinya dengan ketajaman pedangmu. Adapun orang-orang perempuan dan anak-anak serta binatang-binatang bahkan semua yang berada disitu boleh kamu rampas semua untuk kepentingan dirimu. Adapun daerah yang telah diserahkan Tuhanmu supaya kamu menjadi bangsa yang paling istimewa mengatasi semua bangsa yang ada dipermukaan bumi ini.
Pengertian ayat-ayat tersebut diatas ialah kaum Yahudi boleh menipu, boleh memperbudak, membunuh dengan biadab, boleh merampas harta milik kaum non Yahudi, karena mereka (kaum non Yahudi) disediakan oleh Tuhan Yahwe untuk kaum Yahudi. Kemudian didalam kitab Injil, pasal kitab Mathius, 28:19. menyatakan: “karena itulah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dengan nama Bapak, Anak dan Roh Kudus”.
Pengertian ayat tersebut diatas ialah kaum Kristen wajib mengkristenkan kaum non Kristen yang berada dipermukaan bumi ini, baik dengan cara damai maupun perang. Kesimpulan ini, diperkuat oleh dekrit Paus Urbanus II, 26 November 1095, di Clermon Prancis, yang memerintahkan kaum Kristen seluruh Eropa untuk mengirimkan “pasukan salib” (pasukan perang suci agama Kristen), ke Timur Tengah untuk memerangi umat Islam, khusus merebut kota Jerusalem, kota tempat kelahiran Yesus Kristus, dari tangan umat Islam. Perang salib versus perang sabil (perang suci agama Islam) di timur tengah, berlangsung hampir 200 tahun (1095-1291). Watak kolonialisasi dan Kristenisasi kaum  Kristen terhadap kaum non Kristen, khususnya umat Islam, bukan milik paus Urbanus II pada abad XI, tetapi juga kaum Kristen sekarang ini, sebagaimana diungkapkan oleh Ann Culter, seorang kolumnis Amerika Serikat, yang menyatakan: kita harus menyerbu negeri mereka (Islam), membunuh para pemimpin mereka, dan memerintahkan (memaksa) mereka masuk ke agama Kristen”. (Z.A. Maulani; 2002:33).
Berdasarkan sejarah kitab Perjanjian lama (Taurat), pasal kitab Ulangan, 2:10-16, dan kitab Perjanjian Baru (Injil), pasal kitab Matius, 28:19; dan dekrit paus Urbanus II (1095), 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar