Rabu, 18 Mei 2011

-         Pangeran Abdullah dan pengganti-penggantinya seperti Gusti Muhammad Seman, Gusti Muhammad Said (putera Khalifah) gugur di medan pertempuran sebagai syuhada,  baru berakhir tahun 1905. Jadi selama 46 tahun pasukan Khalifatul Mukminin Antasari berperang melawan Belanda tanpa menyerah kalah. (Helius Syamsuddin; 1982 : 82-83, 88-100; dan Nugroho Notosusanto; 1987 : 168).
-         Perang Aceh, Kesultanan Aceh berdiri sejak 1507, yang dipimpin oleh Sultan Ali al Moghayat Syah dan titik kejayaannya pada Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam yang berkuasa 1607-1636. Setelah itu kesultanan Aceh mengalami kemunduran; tetapi pada akhir 1870, tatkala Sultan Aceh yang berumur 14 tahun, ulama besar Habib Abdurrahman al Zahir, yang berhasil  menyatukan Aceh, diangkat menjadi Perdana Menteri Kesultanan Aceh. Kemudian penguasa kolonial Hindia Belanda. Dibawah pimpinan Gubernur Jenderal Loudon di Batavia (Jakarta) memutuskan untuk menaklukan Aceh. Maka ia membentuk pasukan kolonial yang sangat besar, dipimpin oleh Jenderal J.H.R.Kohler dan pada 26 Maret 1873, pasukan Kohler berhasil merebut Masjid, yang semula diduga sebagai istana Sultan. Tetapi begitu Kohler mengamati di sekeliling Masjid , ia ditembak oleh pasukan Sultan dan gugur. Perang maraton, kejam dan sadis  dengan terbunuhnya ratusan ribu rakyat Aceh menjadi syuhada, tidak berhenti pada tahun 1913 dengan syahidnya Teungku di Barat dan Teungku di Mata sebagai pemimpin perang gerilya, tetapi diteruskan dengan perang gerilya di seluruh Aceh oleh rakyat Aceh, dimana pada tahun 1925 meletus menjadi perang terbuka, terus sampai 1933.dan perang gerilya rakyat Aceh melawan pasukan kolonial Hindia Belanda baru berakhir pada tahun 1942, setelah Belanda menyerah tanpa syarat terhadap pasukan kolonial fasis Jepang. Jadi perang Kesultanan Aceh melawan pasukan kolonial Hindia Belanda  adalah perang terlama yaitu 69 tahun (1873-1942). (Tk.Ismail Yakub; 1979 : 2-3; dan Paul vant.Veer; 1985 : 32-37, 200-217, 218-246).
-         Penguasa kolonial fasis Jepang, yang kejam dan sadis, yang berkuasa di Indonesa selama tiga tahun (1942-1945), tidak ada golongan manapun yang berani menentang dan berperang melawan Jepang, baik golongan Hindu, Budha, Kristen, Nasionalis maupun Komunis, kecuali umat Islam dengan ulama dan santrinya. PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) dibawah pimpinan Teungku Muhammad Daud Beureuh, Teungku Abdul Wahab, pada pertengahan tahun 1942 mengangkat senjata menyerang Jepang di daerah Baya dan Pandrah. (M.Nur el Ibrahimi; 1980 : 23-24). Bahkan Teungku Abdul Jalil,pimpinan Pondok Pesantren Cot Pling dan seratus orang santrinya menyerang pasukan kolonial fasis Jepang pada 10 Nopember 1942; semua pasukan pesantren Cot Pling gugur sebagai syuhada. (Majalah Harmonis; 1989 : 44-45). Selanjutnya Kiayi Zainal Musthafa, pimpinan Pondok Pesantren Singaparna-Tasikmalaya, dengan 86 orang santrinya mengangkat senjata berperang melawan pasukan kolonial fasis Jepang. Dan seluruh pasukan Kiayi Zainal Musthafa gugur sebagai syuhada. ( Harry J.Benda; 1980 : 194-196 ).
b.      Perang Kolonial Kristen Spanyol di Philipina selatan
Penguasa Spanyol, yang kemudian dilanjutkan oleh Amerika Serikat pada tahun 1898, dan terus diwarisi oleh Penguasa Kristen-Nasional, khususnya di bawah Ferdinand Marcos pada tahun 1946. Penguasa-penguasa Kristen (Spanyol, Amerika Serikat dan Marcos) telah mengambil dengan paksa tanah-tanah kaum Muslimin dan menyerahkannya kepada orang-orang Kristen. Dengan bermacam cara, tipu muslihat dan teror, tanah-tanah subur milik kaum Muslimin dirampas oleh umat Kristen atas sepengetahuan dan izin penguasa Kristen. Umat Kristen atas persetujuan penguasa Kristen membentuk pasukan teror (liar) yang diberi nama “Ilaga”. Pasukan teroris Ilaga secara terus-menerus melakukan teror, membunuh umat Islam, merusak masjid-masjid, rumah-rumah dan harta benda Kaum Muslimin. Teror yang biadab, yang dilakukan oleh umat Kristen, yang sepenuhnya dibantu penguasa Kristen, maka pada tahun 1970, Umat Islam bangkit kembali membentuk badan perjuangan “Moro National Liberation Front” (MNLF) di bawah pimpinan Nur Misuari, Hashim Slamat dan Abdul Chair Alondo. (Lukman Harun, Panjimas, Jakarta, 1985: 215-217).      
c.       Perang Kolonial Kristen Ethiopia di Eriteria
Penguasa Kristen Ethiopia telah merampas daerah Eriteria yang berpenduduk 90% beragama Islam. Penguasa Kristen Khatolik Ethiopia telah merampas sebagian besar tanah-tanah milik kaum muslimin Eriteria dan menyerahkannya kepada pastor-pastor dan tuan-tuan tanah itu bebas melakukan penyiksaan, pembunuhan atau menggantung para petani Islam, kapan saja mereka kehendaki.
Bagi petani-petani Islam telah dibuka sebuah penjara kolektif yang mengerikan. Petani-petani Muslim yang dimasukan penjara tersebut dicambuk dengan cambuk yang beratnya hampir 10 kg. Setelah dilakukan penyiksaan keji, mereka dijebloskan ke dalam sel penjara dengan kedua tangan dan kaki diikat menjadi satu; dan dibiarkan dalam keadaan selama 10 tahun atau lebih, sehingga apabila mereka beruntung bisa keluar dari penjara tersebut, mereka sudah tidak dapat lagi berdiri tegak, karena tulang punggung dan tulang belakangnya sudah berbentuk busur.
Kekejaman-kekejaman diluar batas kemenusiaan ini, akhirnya menimbulkan perlawanan umat Islam yang dipimpin oleh seorang ulama bernama Syeikh Abdul Qadir; dan mereka menyerang penguasa Kristen ini tidak dapat menangkap pejuang Muslim ini, maka keluarga para pejuang Islam yang terdiri atas wanita-wanita, anak-anak, nenek-nenek dan kakek-kakek ditangkap, kemudian dimasukan kedalam suatu rumah kayu yang beratapkan daun-daun; setelah itu mereka disiram bensin dan dibakar hidup-hidup sampai hangus.
Para pejuang Muslim yang tertangkap hidup-hidup akan mengalami penyiksaan yang mengerikan sebelum mereka dibunuh. Antara alin: mematikan puntung rokok di mata atau kuping mereka; memperkosa anak-anak perempuan, isteri-isteri atau saudara-saudara perempuan mereka dihadapan mereka sendiri; memotong jari-jari tangan mereka dengan gagang pistol; menyeret dengan kawat berduri, sehingga anggota-anggota badan mereka terpotong-potong; dan melepaskan mereka dalam keadaan luka parah di kandang-kandang binatang buas sebagai makanan binatang dengan keadaan tangan dan kaki terikat.
Kaisar Haile Selase mengeluarkan perintah untuk menutup semua sekolah-sekolah Islam dan mewajibkan anak-anak Muslim memasuki sekolah-sekolah Kristen. Penguasa membangun gereja-gereja pada setiap pintu masuk desa atau kota. Dan bahkan para pejabat membangun rumah-rumah pelacuran disekitar masjid-masjid, disamping terdapat warung-warung minuman keras. Dan dalam keadaan mabuk para tentara Kristen masuk kedalam mesjid untuk buang air besar atau kecil; dan para pelacur menari-nari didalamnnya. (Jalal Amin; 1985: 11-13).
d.      Perang Kolonial Kristen Soviet Rusia di Asia Tengah
Pada bulan April 1918, Lenin mengeluarkan perintah kepada angkatan bersenjata Rusia untuk menyerbu Negara-negara Islam. Pesawat-pesawat tempur, kendaraan lapis baja menghujani bom-bom dan mengepung Negara-negara Islam seperti Republik Islam Idil-Ural di kaukasus Utara, Republik Islam Khakan, Krime dan Turkistan. Pada akhir tahun 1981, penyerbuan tentara Komunis Rusia ini berhasil menguasai Negara-negara Islam tersebut kecuali Krimea. Kemudian dalam tahun 1919 Republik Islam Alaska Ardo di Orenburg jatuh ketangan pasukan Komunis Rusia, yang disusul dengan takluknya Republik Krimea pada awal tahun 1920. pada tanggal 27 April 1920 pasukan Kristen Rusia menyerbu dan menguasai Republik Islam Azerbaijan dan Republik Islam Khiva di Turkistan timur. Dalam tahun 1921 pasukan tentara Kristen Rusia melanjutkan penaklukannya ke negeri Republik Islam Bukhara, yang daerahnya berbatasan dengan Afganistan. (Nur Muhammad Khan: 1956: 54-57).
Setelah penyerbuan dan penaklukan, penguasa regim Kristen/Komunis Rusia melakukan tindakan pemusnahan umat Islam dari negeri-negeri Islam. Republik Islam Idil-Ural yang berpenduduk kurang lebih 4.000.000 jiwa, berdasarkan dekrit regim tersebut tertanggal 23 Februari 1944, telah menangkap 1.350.000. orang umat Islam dan membuangnya ke daerah Siberia dengan melakukan kerja-paksa. Nasib yang sama juga dialami oleh umat Islam Azerbaijan. Dan yang paling menyedihkan lagi adalah nasib umat Islam dari Republik Islam Krimea, yang semula berjumlah 5.000.000 jiwa, yang tersisa hanya 400.000. jiwa saja. Kebanyakan mereka yang hilang itu disebabkan oleh pembunuhan missal yang dilakukan oleh regim Kristen/Komunis Rusia, dibuang di kamp-kamp kerja paksa. 90.000 buah masjid, mushalla dan madrasah yang dijadikan kandang-kandang hewan, gedung bioskop, klab malam, warung kopi dan minuman keras, panggung-panggung sandiwara, gudang peluru dan mesiu. Dan ada yang sengaja diruntuhkan dan dihancurkan, sehingga sulit untuk menemukan bekas-bekasnya.
Penyiksaan dan pembunuhan yang dilakuakn oleh penguasa Kristen/Komunis Rusia terhadap umat Islam, sebagaimana diterangkan oleh Sekretaris Jenderal Islam Turkistan Timur, antara lain sebagai berikut:
-         Memaku paku-paku panjang ke kepala sehingga sampai masuk ke otak;
-         Menggunakan orang-orang tawanan / tahanan sebagai sasaran-sasaran peluru dalam pelajaran menembak bagi pasukan tentara Komunis / Kristen tersebut;
-         Membakar tawanan dan orang-orang hukuman setelah mereka disiram dengan bensin;
-         Meletakan topi baja ke kepala para tahanan, kemudian diberi aliran listrik, sehingga mata tercabut keluar;
Mengikat kepala para tahanan di satu kendaraan dan kakinya di kendaraan yang lain, kemudian kedua kendaraan itu dijalankan kea rah 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar