Selasa, 17 Mei 2011

juta) buku. Pada tahun 891, seorang pengembara menghitung lebih dari 100 perpustakaan umum di kota Baghdad.
Pada abad X, suatu kota kecil seperti Najaf di Irak mempunyai 40.000 buku di perpustakaannya. Direktur observator Meragha, Nasarudin at Tusi, memiliki kumpulan buku sejumlah 400.000 buah.
Di dunia Islam sebelah barat, yaitu Spanyol Islam, khalifah al Halim dari Cordovadapat membanggakan diri pada abad X, karena memiliki suatu perpustakaan yang berisi 4.000.000 (empat juta) buku, sedangkan empat abad sesudah itu, raja Perancis Charles yang bijaksana, hanya memiliki koleksi 900 buku. Tetapi tak ada sultan yang menyaingi khalifah al Aziz di Kairo Mesir, yang memiliki perpustakaannya 1.600.000 (satu juta enam ratus ribu) buku, diantaranya 16.000 buku tentang matematika dan 18.000 tentang filsafat (Reger Garaudy; 1982: 114-115).


a.       Teknik Kincir Angin
Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab (634-644 M), umat Islam telah menciptakan teknologi kincir angin sebagai sumber energy untuk penggilingan gandum dan jagung. Kincir angin juga untuk mengairi areal pertanian secara luas melalui irigasi.
Padalah kincir angn di dunia Barat baru lahir pada tahun 1105 M di Perancis.
b.       Insinyur Muslim Al Nadim (wafat 995 M) mengembangkan jam air dengan mengatur system on-off yang menggunakan katup terapung sebagai pengaturnya. Kemudian jam air dengan system otomatis berkembang luas di dunia Islam.
c.       Insinyur Muslim Banu Musa bin Shakir pada ke-9 dalam bukunya Al Hiyal telah memaparkan ratusan mesin yang ditemukannya mulai mesin pengisi tangki air otomatis, kincir air, system kanal dibawah tanah, teknik pengolahan logam, tambang, lampu tambang, teknik survey, dan ia pula merintis pengembangan teknologi dengan menggunakan prinsip-prinsip sains hidrostatis dan aerostatis.
d.       Insinyur Muslim, Ibnu Al Haytsyam (wafat 1039) merupakan ilmuan muslim yang menjadi pelopor dibidang optic, jauh sebelum Roger bacon, Leonardo Davinci, Keppler dan Newton. Al Haytsam telah menemukan alat ukur ketinggian bintang kutub.
Selain itu, ilmuan muslim Al Farazi telah menciptakan astrolabe planis feris yaitu mesin hitung analog pertama, sebagai alat bantu astronomi untuk menghitung waktu terbit dan tenggelam satu titik kulminasi matahari dan bintang satu benda-benda langit lainnya pada waktu tertentu.
e.       Insinyur muslim, Jabir Ibnu Hayyan (wafat 813 M) telah menemukan teknologi dibidang kincir angin seperti sejumlah perlengkapan alat laboratorium modern: system penyulingan, identifikasi alkali, asam, garam, mengolah asam sulfat, soda api, asam nitrihidro khlarik pelarut logam dan air raksa, jauh sebelum Mary Marcarie di Barat.
f.          Insinyur Muslim Az Zahra (wafat 939 M) telah menciptakan alat teknolog kedokteran, seperti alat bedah/pembedahan, teknik dan jenis pengoperasian, pengembangan ilmu kedokteran gigi dan operasi gigi serta peralatan bedah gigi (surat kabar Republika, Jakarta, 3 Maret 2008, hal: 8).
g.       Teknologi Taman dan Kebun
Menurut John William Drapper dalam bukunya “History of the Conflict Between Religion and Science” menulis antara lain: pada abad ke-10 di jalan-jalan kota masyarakat Muslim di Cordova-Spanyol pada menjelang musim panas suasana kota terasa sejuk dengan wewangian yang berasal dari taman-taman dan kebun bunga yang dihubungkan melalui pipa bawah tanah. Kontras dengan Barat yang saat itu dikepung kekumuhan, kota-kota Islam dilengkapi dengan beragam fasilitas public yang lengkap dan dirumah-rumah masyarakatnya memiliki kamar mandi, perpustakaan, ruang makan, serta air mancur.
Gustave le Bon dalam bukunya “La Civilisation des Arabs, menulis antara lain: “masyarakat Muslim Arab di zaman keemasannya di Spanyol, membangun taman-taman kota yang begitu luas. Malaga kota pelabuhan di Spanyol tampat begitu mempesona jika dilihat dari berbagai penjuru sekalipun dari Velez hingga Fuengerola yang berjarak lebih 64 km, pantai Malaga menampakan perkebunan daun ara yang terlihat begitu indah dan mempesona”.
A.M Watson dalam tulisannya “Agricultural Inovation in the Early Islamic World” mengungkapkan betapa banyaknya taman dan kebun yang dibangun di kota-kota tua Cairo pada era kesultanan Talamid terdapat ribuan taman pribadi. Orang-orang di kota itu memiliki cita rasa dan selera yang tinggi terhadap tanaman dan kebun. Penjelajah dari Persia, Nasir i Khasnau, menjadi saksi betapa saat itu, di kota Fatah, ditemui taman-taman dan kebun buah-buahan seperti jeruk, pisang, beragam bunga yang wangi. Taman dan kebun itu diairi oleh teknik irigasi.
Taman dan kebun juga bertebaran di kota Basra, Irak. Di Irak pada saat itu terdapat 40 ribu kebun buah-buahan. Malah di Damaskus – Syiria, pusat kekuasaan kesultanan Umayyah terdapat 110 ribu kebun dan taman. Satu kebun di kota Samarra pada abad ke-9 M luasnya bisa mencapai 196 ha.
Penduduk Turki juga begitu menggemari bunga-bunga yang catik. Tak heran jika dimana-mana tersebar taman-taman. Pada abad ke-16, orang-orang Turki sangat menyukai bunga.
Di kota-kota Muslim lainnya di Afrika Utara, pada masa keemasannya disemarakan dengan kehadiran taman-taman dan kebun-kebun. Tunisia, Aljazair,  Merakech di hiasi taman-taman dan kebun-kebun merah dan Aljazair terdapat 20.000 taman dan kebun. (Surat kabar, Republika, 7 April 2008, hal 8).
h.       Teknologi rumah sakit
Hasan F Nagemia (Ketua Institut Internasional Ilmu Kedokteran Islam) mengatakan bahwa rumah sakit Islam pertama di bangun atas permintaan khalifah al Walid (705-715 M) seorang khlaifah dari kesultanan Umayyah. RS itu dikenal dengan nama “Bimaristan” kemudian pada zaman khalifah Harun al Rasyid (786-809 M) dari kesultanan Abbasyiyah, RS Islam dikembangkan dan disempurnakan. Dalam catatan seorang sejarahwan ternama Zabair, yang sempat mengunjungi kota Baghdad pada 1184 M, ia melukiskan RS yang ada di Baghdad seperti sebuah istana yang megah. Airnya dipasok dari sungai tigris dan semua perlengkapannya mirip istananya. Manurut Dr. Hasan Arafa dalam tulisannya berjudul “Hospital in Islamic History” pada akhir abad ke-13, RS sudah tersebar diseantero jazirah arabia.
Pada masa keemasan Islam, RS Islam yang tersebar di kawasan Arab itu memiliki karakteristik yang khas;
Pertama, RS Islam melayani semua orang tanpa membedakan warna kulit, agama, serta latar belakan asal usul lainnya. RS Islam di kelola pemerintah, direkturnya biasanya seorang dokter. Di RS Islam itu semua dokter dengan keyakinan agama yang berbeda bahu-membahu berkerjasama untuk menyembuhkan pasiennya.
Kedua, sudah menerapkan pemisahan bangsal pasiel pria dan wanita menempati bangsal yang terpisah. Penderita penyakit menular juga dirawat ditempat berbeda dengan pasien lainnya.
Ketiga, pembagian perawat. Perawat pria bertugas merawat pasien pria dan perawat wanita bertugas merawat pasien wanita.
Keempat, memperhatikan kamar mandi dan pasokan air, baik untuk kepentingan pengobatan maupun shalat.
Kelima, dokter-dokter yang akan berpraktek di RS Islam, di uji dahulu oleh dokter istana. Khalifah al Mugtadri dari kesultanan Abbasyiyah, telah memerintahkan kepala dokter istana, Sinan Ibnu Tasbit, untuk menyeleksi 860 dokter yang ada di Baghdad. Dokter-dokter yang bertugas di RS Islam di Damaskus, Makkah dan Madinah, harus lulus seleksi ahli dokter kepala istana.
Kekenam, RS Islam pada zaman kekhalifahan juga berfubgsi sebagai tempat menempa mahasiswa kedokteran, tempat pertukaran ilmu kedokteran, pusat pengembangan dunia kesehatan.
Ketujuh, untuk pertama kalinya dalam sejarah, RS Islam menyimpan data pasien dan rekaman medisnya.
Kedelapan, RS Islam mengembangkan ilmu farmasi dan profesi apoteker.
Kesembilan, biaya pasien ditanggung oleh RS Islam (pemerintah).
(surat kabar, Republika, 18 Maret 2008, hal 5).
i.           Peletak dasar teknik modern
Insinyur muslim Al Jazari (1136-1205 M), yang hidup pada masa kesultanan Artuhid (Turki), dan tinggal diantara sungai Eufrat dan Tigris (irak) telah menulis buku, yang berjudul “Al jami baynal ilmu wal amal al nafi sina’at al hiya” (iktisar dan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar