Rabu, 18 Mei 2011

semacam ini yang pernah diturunkan kepada Nabi Isa a.s. (Yesus Kristus)? Sebab, sebagaimana diketahui bahwa Yesus Kristus yang wafat pada usia 33 tahun tidak meninggalkan pelajaran secara tertulis walau agak serangkum; baru sekitar tahun 65 lahir Injil Markus, kemudian disusul oleh lahirnya Injil Lukas pada tahun 70; lalu muncul lagi Injil Mathius pada tahun 85; sedangkan Injil Yohannes baru lahir permulaan tahun 96. (Sudibyo Markus; 1978:14).
Bilamana ketiga Injil permulaan, yaitu Markus, Mathius dan Lukas disusun dengan isinya dalam kolom-kolom, maka akan ditemukan persamaan-persamaan yang sangat menakjubkan. Injil-Injil tersebut dinamakan Injil Sinoptik sejak Grisbah (1812) karena mengandung persamaan-persamaan dalam isi, susunan kata, pramasastra Yunaninya. Bruno Bauer (1809-1882), filosof dan ahli theologi Kristen Jerman, dipecat dari Universitas Bonn, karena telah mengeritik Injil-Injil Sinoptik tersebut, dalam bukunya “Kritik der Evangelischen Gechicte Synoptiken” (Kritik Terhadap Sejarah Injil Sinoptik), yang terdiri dari dua jilid dan terbit di Leipzig pada tahun 1841. dari penelitian ilmiahnya, ia menyatakan dengan tegas bahwa Injil Mathius dan Lukas telah disusun oleh penulisan-penulisnya dengan rujukan yang bersumber dari Injil Markus dan suatu Injil lain, yang termasuk bacaan rahasia, yaitu Logia dan pribahasa Yesus Kristus.
G.A van Den Berg Eysinga, dalam bukunya “De Oudse Cristelike Geschiften, halaman 33, menulis antara lain: Injil Markus yang asli telah dipergunakan sebagai sumber Injil Mathius dan Injil Lukas, dan masih ditambah lagi dengan Logia atau pribahasa Yesus Kristus.
Kemudian satu masalah yang tak terpecahkan ialah bahwa banyak para pendeta Kristen pada abad kedua, yang tidak mengenal atau malah tidak tahu menahu dan tidak mempergunakan ke-empat Injil yang sekarang. Yustianus (150) umpamanya, bukan saja tidak mempergunakan Injil tersaebut, tetapi bahkan tidak mengenalnya; dan tenyata pula surat-surat dari Paulus, yang mengisi hampir setengah kitab Injil, baru dikenal pada abad kedua Masehi.
Inilah gerangan yang menyebabkan Bruno Bauer dan kawan-kawannya di Jerman; G.J.P.J Boland dan kawan-kawannya di Belanda; William Benyamin Smith dan kawan-kawannya di Amerika Serikat, dan John M Rekston dan kawan-kawannya di Inggris meragukan menerima Yesus Kristus sebagai manusia yang pernah lahir ke dunia. Mereka mengira-ngirakan bahwa agama Kristen telah timbul perlahan-lahan dari Yunani, Hindu dan Persia, yang ditulis oleh pengarang-pengarang Injil melalui pendengaran, yang kemudian disejarahkan. (O. Hashem; 1983: 70-71).
Selanjutnya, sebagaimana diketahui bahwa Injil Mathius, Injil Lukas dan Injil Yohannes hanyalah sebagian kecil saja dari Injil-Injil yang pernah ditulis sesudah meninggalnya Yesus Kristus. Sedangkan yang terbanyak daripadanya telah menjadi korban dari sejarah gereja yang terkenal dengan “Apocryphal Literature” (bacaan-bacaan rahasia), yang dilarang diedarkan dan dibaca. Sebagai contoh dari Injil Apocryp yang terlarang di baca, sebagaimana dimuat dalam Encyclopedia Britanica, antara lain sebagai berikut:
a.       Injil-Injil (Gospels)
Ø      Fayum Gospel Fragmen Logia (Fragmen Injil Fayum Pribahasa Yesus)
Ø      Gospel According to the Egyptians (Injil menurut orang Mesir)
Ø      Gospel of Peter (Injil Petrus)
Ø      Protepangel of James (Injil Yacobus)
Ø      Gospel of Nicidemus (Injil Nicodemus)
Ø      Gospel of Thomas (Injil Thomas)
Ø      Gospel According to the Hebrew (Injil Ibrani)
Ø      Gospel of Twelve (Injil dua belas)
b.      Injil-Injil yang lain (hampir semuanya telah hilang):
Ø      Gospel of Andrews (Injil Andrew)
Ø      Gospel of Apeles (Injil Apeles)
Ø      Gospel of Bernabas (Injil Barnabas)
Ø      Gospel of Bartholomeus (Injil Bartolomes)
Ø      Gospel of Ebionitas (Injil Ebionia)
Ø      Gospel of Eve (Injil Eva)
Ø      Gospel of James the Less (Injil Jacobus kecil)
Ø      Wisdom of Yesus Christ (Kebijaksanaan Yesus Kristus)
Ø      Apocryp of Yuda Iscariot (Injil Yuda Iskariot)
Ø      Evangewlium Visum (Injil Hidup)
Ø      Gospel of Marcion (Injil Marsion)
Ø      Descent of Mary (Turunnya Maria)
Ø      Gospel of Mathew (Injil Matius)
Ø      Gospels of Perfection (Injil Kesempurnaan)
Ø      Gospels of Phillip (Injil Philipus)
Ø      Gospels of Tadeus (Injil Tadeus)
Ø      Gospel of Truth (Injil Kebenaran)
c.       Act and Teaching of Aposteles (Perbuatan dan Ajaran Rasul-Rasul)
Ø      Act of Andrews (Perbuatan Andrew)
Ø      Act of John (Perbuatan Yohannes)
Ø      Act of Paul (Perbuatan Paulus)
Ø      Act of Peter (Perbuatan Peter)
Ø      Act of Thomas (Perbauatan Thomas)
Ø      Preaching of Peter (Khutbah Petrus)
Ø      Preaching of Twelve Aposteles (Khutbah Duabelas Rasul)
Ø      Apostelical Constitutianus (Konstitusi Kerasulan)
d.      Epistles (Surat-Surat)
Ø      The Abgar Epistles (surat-surat Abgar)
Ø      The Epistles of Barnabas (surat-surat Barnabas)
Ø      The Epistles of Clement (surat-surat Clemen)
Ø      Clement 2nd Epistles to Corintians (surat Clemen kedua kepada orang Korintas)
Ø      Clements Epistles to James (surat-surat kepada Yacobus)
Ø      Epistles of Ignatius (surat-surat Ignatius)
Ø      Clements Epistles on Virginity (surat-surat Clemen tentang Keperawanan).
Ø      Epistles of Polycop (surat-surat Polycop)
Ø      Pauline Epistles to the Loadikeans and the Alexander (surat-surat Paulus kepada orang Loadikin dan orang Aleksandria).
(O. Hashem; 1983: 64-65).
Dengan beraneka ragamnya kitab-kitab Injil dan surat-surat yang dianggap suci, yang sekarang dinyatakan sebagai bacaan terlarang, menyebabkan H.G. Well, menulis buku “Outline of History” berkesimpulan bahwa cerita tentang awal mula agama Kristen adalah suatu cerita tentang pengolahan diantara semangat dan ajaran yang nyata dari Yesus dari Nazaret dengan pembatasan, perluasan dan kesalahan pengertian dari orang-orang bodoh (rendah) yang mencintainya dan mengikutinya dari Galilea, dan yang sekarang menjadi pembawa misi kepada umat manusia. Injil-Injil dan ketentuan-ketentuan Rasul dewasa ini adalah seberkas catatan yang ganjil. (H.G. Well; 1931: 528).
Tambah jelas kerancuan dan kepalsuan kitab Injil-Injil yang sekarang ada, setelah adanya penemuan naskah “The Dead Sea Scroll” (naskah-naskah Laut Mati), yang mula-mula ditemukan oleh anak Baduwi (Muhammad Dib), dalam gua yang bernama “Wadi Qumran” di pantai barat laut dari Laut Mati pada tahun 1974. naskah-naskah ini terdapat dalam guci-guci berupa perkamen dari kulit dan linen, berisi tulisan-tulisan suci yang lebih tua dari Injil-Injil yang dipakai sekarang; tertulis dalam bahasa Ibrani dan bahasa Aramia, dan bukan dalam bahasa Yunani seperti Injil-Injil yang ada sekarang. Naskah-naskah Qamran tersebut merupakan perpustakaan suku Essena yang menganut agama Kristen, tetapi tanpa mempercayai ajaran terhadap penebusan dosa, trinitas dan dosa warisan serta penjelmaan Tuhan menjadi manusia.
Berkenaan dengan naskah-naskah Qamran ini, Charles Francis Patter, menulis dalam bukunya “The Lost Years Reveald”{, pada halaman 15 antara lain berbunyi: “suatu hal yang muncul dari penyelidikan naskah-naskah ini yaitu bahwa kepercayaan-kepercayaan, ajaran dan praktek Yesus sendiri, meskipun tidak identik dalam segala hal dengan aliran Essena yang mungkin mereka ikuti selama tahun-tahun sepinya, teranglah lebih dekat kepada orang-orang Essena dari pada Uskup-uskup Ekumena yang menetapkan pengakuan imani orthodoks Kristen; Uskup-uskup itu menyebutnya “Anak Tuhan” (bagi Yesus Kristus), oknum kedua Trinitas, Tuhan yang sebenar-benarnya Tuhan. Paling diragukan sekali apakah orang-orang Essena atau Yesus Sendiri akan menyetujui pengakuan imani semacam itu”.
Selanjutnya, Patter menulis dalam halaman 12 sebagai berikut: “Hampir tidak ada satu kitabpun dari kitab-kitab yang menyusun “Perjanjian Lama (Taurat) yang tak akan memerlukan koreksi dan tafsiran-tafsiran perbaikan dalam pandangan manuskrip Qumran, dan tidak pula ada sebuahpun dari Kitab Perjanjian Baru (Injil) yang tidak menderita koreksi yang luas dari ayat-ayat kunci yang menjadi tempat bergantung doktrin-doktrin penting yang harus mengalami perubahan-perubahan naskah; dan berapa banyak bagian-bagian Perjanjian Lama (Taurat) dan Perjanjian Baru (Injil) yang akhirnya harus dibuang, bila naskah-naskah Qumran tersebut telah dikenal dan dinilai dengan wajar. Dalam hubungan Perjanjian Baru (Injil), maka doktrin yang sangat lemah tentang ketuhanan Roh Kudus, akan terpaksa dibuang; dan karenanya tidak dapat doktrin Trinitas yang sebenarnya akan terbuang bersamanya. Sebab doktrin Trinitas yang sebenarnya tak pernah ada dalam Bibel (Taurat dan Injil).
Pendapat serupa mengenai naskah Qumran tersebut, juga dikemukakan oleh Harold Sherman dalam bukunya “You Live After Death”, halaman 115, yang antara lain berbunyi: “tidak dapat dibantah bahwa banyak dari konsep-konsep kita tentang sejarah dan kebenaran Bibel harus diubah dan ditambah oleh penemuan-penemuan naskah Qumran tersebut”. (O. Hashem: 1983: 5-9).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar