Rabu, 18 Mei 2011

ditulisnya, akan tetapi kebanyakan dari karangan-karangan itu telah hilang. Karangannya yang terutama mengenai optika, yang didasarkan kepada buku Optika dari Euklides, banyak sekali dipakai orang di Timur dan di Barat; dan buku ini pulalah yang mempengaruhi Roger Bacon. Karangan-karangannya dalam lapangan musik mensural (perbandingan ukuran pada semua alat musik) sudah dikenal orang dalam abad-abad Islam, sebelum ia tersebar di dunia Eropa Kristen.
Al Khwarizmi adalah salah seorang sarjana Muslim yang paling agung dan paling mempunyai pengaruh besar atas seluk-beluk ilmu pasti diantara semua penulis-penulis dari abad-abad pertengahan. Selain dari daftar astronomi yang tertua, yang disusun oleh al Khwarizmi, ia juga membuat dan menulis buku-buku yang pertama sekali tentang ilmu berhitung dan aljabar. Kemudian ilmu aljabar itu disalin kebahasa Latin dan merupakan buku pelajaran ilmu pasti yang terutama pada universitas-universitas Eropa (Kristen) sampai abad XVI. Buku ini pulalah yang memperkenalkan ilmu aljabar serta nama ilmu itu sendiri di benua Eropa dan menyebarkan kata-kata bilangan Arab (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 10) di dunia Barat.
Jabir Ibnu Hayyan adalah bapak ilmu kimia Muslim yang lebih menekankan pentingnya percobaan-percobaan melalui eksperimen dan ia mendapatkan kemajuan-kemajuan yang nyata, baik dalam teori maupun dalam praktek ilmu pisah. Semua buku-buku yang ditulisnya tentang ilmu kimia, merupakan buku-buku ilmu kimia yang paling berpengaruh sesudah abad XVI, baik di Eropa maupun di Asia. Proses kimia yang dipentingkan yaitu kalsinasi dan reduksi, diuraikan olehnya dengan suatu cara yang berdasarkan ilmu pengetahuan. Dan dalam memperbaiki cara menguap, menyublin, melebur dan membalur. Dia mengetahui caranya untuk membuat asam belerang dan asam sendawa serta mencampurkan sedemikian rupa, sehingga ia mendapatkan campuran “aqua-regia” yang dapat menghancurkan emas dan perak. Hasil-hasil temuannya ini tetap berlaku hingga zaman ilmu kimia modern pada awal abad XVIII. (Phillip K. Hitti; 1963 : 154-157).
Marcel A.Boisard menyatakan: “Untuk objektifitas sejarah keadilan memaksa kita untuk mangakui bahwa peradaban yang menjadi dasar kebudayaan lautan Tengah (Mediterannia) selama tujuh abad pada zaman abad pertengahan adalah peradaban Islam”. (Marcel A.Boisard; 1980 :19).






















I.           PERANG KRISTEN VERSUS ISLAM

1.      Perang Salib.
Perang Salib adalah perang suci agama Kristen dalam menghadapi musuh-musuhnya. Perang Salib pertama perjadi berdasarkan perintah Paus Urbanus II, yang diucapkan dalam pidatonya pada 26 Nopember 1095 di Clermon Perancis, untuk membebaskan tanah suci (tempat kelahiran Yesus Kristus) di Yerusalem, Palestina dari genggaman umat Islam. Dengan perintah ini 150.000 pasukan tentara salib dari seluruh Eropa telah berkumpul di perbatasan kota Konstantinopel.
Dengan menaklukan kota-kota Edassa, Tarsus, Antiochia dan Aleppo pada tahun 1098, maka pada tanggal 7 Juni 1099 tentara Eropa Kristen telah berada dimuka pintu gerbang kota Yerusalem. Tentara Islam yang mempertahankan kota Yerusalem berjumlah 1.000 orang akhirnya tidak mampu menahan serangan 40.000 tentara Eropa Kristen, sehingga pada tanggal 15 Juli 1099, jatuhlah kota itu ke tangan tentara Eropa Kristen dengan melakukan pembunuhan massal secara membabi-buta, laki-laki dan perempuan, tua dan muda, semuanya menjadi korban kebiadaban dan kebengisan. Tumpukan kepala dan kaki serta tangan tampak di jalan-jalan dan di tanah lapang kota itu. Di bawah pimpinan Raymond dari Perancis, Bohemund, Bouderijin, Godfried da Tancred, tentara Eropa Kristen yang menang itu mendirikan negara-negara Barat Kristen Latin di Syria, Palestina dan sekitarnya. (Phillip K. Hitti; 1963 : 227-228).
Pada tanggal 1 Juli 1187 tentara Islam di bawah pimpinan Shalahuddin Al Ayyubi (Saladin) melakukan revanch dengan menaklukan tentara Kristen (Salib) di kota Tiberias; yang kemudian menyusul jatuhnya kota Hittin dengan menawan lebih dari 20.000 tentara Kristen, termasuk di dalamnya Guy de Lusignan Raja Yerusalem. Dan pada tanggal 22 Oktober 1187 kota Yerusalem jatuh ke tangan tentara Islam.
Jatuhnya kota Yerusalem itu menimbulkan keguncangan yang besar di Eropa. Frederik Barbarossa (Kaisar Jerman), Richard Lion Heart (Raja Inggris) dan Phillip Augustus (Raja Perancis), ketiga-tiganya merupakan raja-raja yang paling berkuasa di Eropa, semuanya bangkit menyatakan Perang Salib dengan mengerahkan pasukan mereka masing-masing dalam jumlahnya yang lebih besar dari Perang Salib pertama. Perang Salib ketiga ini berlangsung dari tahun 1189-1192. Pertempuran paling hebat antara tentara Kristen dengan tentara Islam terjadi di sekitar kota Accon, mulai dari tanggal 27 Agustus 1189 sampai dengan tanggal 12 Juli 1193 dimana akhirnya tentara Islam kalah. Richard Lion Heart sebagai panglima tentara Eropa Kristen yang menang perang telah memerintahkan membunuh 72.000 tawanan (yang terdiri atas kaum Muslimin). Suatu perbuatan yang jauh berlainan dan lagi amat menyedihkan jika dibandingkan dengan sikap Shalahuddin terhadap tawanan-tawanannya ketika merebut Kota Yerusalem. Pada waktu itu Shalahuddin menuntut tebusan dengan uang emas, akan tetapi ribuan orang miskin tidak dapat menembus dirinya. Atas permintaan kakaknya, Shalahuddin membebaskan puluhan ribu tawanan-tawanan perang itu dan atas permintaan Patriarch dilepaskan pula sekumpulan orang-orang tawanan-tawanan yang lainnnya. Setelah ia merasa bukan hanya hak kakaknya dan Patriarch  itu saja yang pantas berbuat baik dan bermurah hati, tetapi ia pun harus berbuat begitu, maka dilepaskanlah pula kebanyakan tawanan yang masih tersisa.
Revanch untuk kedua kalinya atas kekalahan pasukan Shalahuddin Al Ayyubi dilakukan oleh pasukan Al Malikuz Zahir (Bybars) dari Mesir. Tentara Islam di bawah pimpinan Al Malikuz Zahir dapat memberi pukulan yang mematikan kepada tentara Eropa Kristen (Salib) untuk selama-lamanya. Pada tahun 1253 tentara Islam merebut kota Kerak; dan berturut-turut kota Caesarea, Jaffa, Antiochia jatuh ke tangan kaum Muslimin. Tentara Kristen yang merupakan garnizun Antiochia sebanyak 16.000 orang mati terbunuh dan kira-kira 100.000 rakyat menjadi tawanan. Setelah kekalahan ini garnizun Antiochia tidak pernah timbul kembali.
Pengganti-pengganti Al Malikuz Zahir pada tahun 1291 telah menaklukan kota Accon; tentara Eropa Kristen Tempel yang mempertahankan kota itu dibunuh semuannya. Kota-kota seperti Tyrus, Sidon dan Beirut jatuh pula pada tahun itu juga ke dalam kekuasaan tentara Islam. Tindakan pembunuhan besar-besaran terhadap tentara Eropa Kristen yang dilakukan oleh pengganti Al Malikuz Zahir adalah merupakan tindakan “Qishash” (pembalasan yang setimpal) atas kekejaman tentara Eropa Kristen yang telah membunuh tentara Islam di zaman kekalahan tentara Shalahuddin Al Ayyubi. Dan sejak jatuhnya kota-kota tersebut ke tangan penguasa Islam dan tentara Eropa Kristen terus terdesak ke arah laut, maka berakhirlah pendudukan tentara Eropa Kristen di Timur-Tengah untuk beberapa abad lamanya. (Phillip K. Hitti; 1963 ).      
2.      Perang Pengusiran Islam dari Spanyol.
Drama kekerasan dan kekejaman tentara Eropa Kristen (Salib) selama hampir 200 tahun, menjadi pola kekejaman yang dilakukan oleh tentara Eropa Kristen Ferdinand di Spanyol. Sebagaimana diketahui bahwa sejak tentara Islam di bawah pimpinan Thariq bin Ziad mendarat di bukit-bukit batu Gibraltar dengan kekuatan 12.000 orang tentara, maka pada tanggal 19 Juli 711 terjadilah pertempuran antara tentara Islam dengan tentara Eropa Kristen di bawah pimpinan Raja Roderik; sejak itu praktis Spanyol berada dalam kekuasaan kaum Muslimin, sampai tahun 1492.
Pada tanggal 2 Januari 1492, tentara Eropa Kristen memasuki kota Granada, setelah bertempur melawan tentara Islam dengan sengit dan memakan waktu yang lama. Raja dan permaisuri Kristen, Ferdinand dan Isabella, tidak mau memegang teguh syarat-syarat yang telah ditetapkan ketika kota itu menyerah. Dalam tahun 1499, di bawah pimpinan Kardinal Himenes de Cisneros dimulailah gerakan yang memaksa orang-orang Islam untuk masuk Kristen. Pertama-tama Kardinal tersebut berusaha untuk menyingkirkan semua buku-buku bahasa Arab yang menguraikan agama Islam, dengan jalan membakarnya. Pembakaran buku-buku itu dilakukan di kota Granada. Inquisition (Mahkamah Pengadilan Khatolik) kemudian diadakan dan menjalankan tugas-tugasnya dengan giat sekali. Semua orang Islam yang masih tinggal di negeri itu diadili: memeluk Kristen atau menolaknnya dengan segala penderitaannya.
Pada tahun 1504 dikeluarkanlah “Pernyataan Raja”, yang mengharuskan semua kaum Muslimin memeluk Kristen. Pada tahun 1556 Raja Phillip II 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar