Selasa, 17 Mei 2011

dapat membawakan kontribusi yang sangat besar bagi kebudayaan dunia. ( Roger Garaudy, 1982; 114-115).
Dalam tradisi Barat, kita hanya menemukan sedikit orang­-orang jenius yang universal umpamanya Leonardo de Vinci (ahli seni Italia: syair, patung, gambar arsitek dan musik). Akan tetapi dalam Islam, terdapat banyak sekali orang-orang jenius yang universal, dari Al Kindi sampai Ar Razi, dari Al Biruni sampai Ibnu Sina dan berpuluh-puluh orang lainnya yang merupakan pencipta­pencipta serentak dalam ilmu kedokteran dan matematika, sampai theologi dan geografi, bahkan sampai di bidang syair seperti ahli matematika Umar Khayyam atau filsuf Ibn Arabi, atau dalam musik seperti Ar Razi. (Ibid, hal. 117).
Al Kindi sebagai seorang filsuf, ia mencoba menggabungkan dalil-dalil Plato dan Aristoteles dengan cara Neo-Platonis, dan menganggap ilmu pasti Neo Pethagorian sebagai dasar semua ilmu. Tetapi lebih lagi dari hanya seorang filsuf saja, sebab ia juga seorang ahli bintang, ahli kimia, ahli optika dan ahli teori musik. Tidak kurang dari dua ratus enam puluh lima buah karangan yang ditulisnya, akan tetapi kebanyakan dari karangan-karangan itu sayang telah hilang. Karangannya yang terutama mengenai optika, yang didasarkan kepada kitab Optika dari Eukalides, banyak sekali dipakai orang di Timur dan di Barat, dan kitab ini pulalah yang mempengaruhi Roger Bacon. Karangan-karangannya dalam lapangan musik membuktikan bahwa musik mensural (perban­dingan ukuran pada semua alat musik) sudah dikenal orang dalam abad-abad Islam, sebelum ia tersebar di dunia Eropa Kristen (Phillip K. Hitti, op.cit., hal. 154-155).
Al Khwarizmi, adalah salah seorang sarjana Islam yang paling agung dan yang mempunyai pengaruh besar atas seluk-beluk ilmu pasti di antara semua penulis-penulis dari Abad pertengahan. Selain dari daftar-daftar astronomi yang tertua yang disusun oleh Al Khawarizmi, ia juga membuat dan menulis buku-buku yang pertama sekali tentang ilmu berhitung dan aljabar. kemudian buku aljabar itu disalin ke dalam bahasa Latin dan merupakan buku pelajaran ilmu pasti yang terutama pada universitas-universitas Eropa sampai abad XVL Kitab ini pulalah yang memperkenalkan ilmu aljabar serta nama ilmu itu sendiri di benua Eropa, dan yang menyebarkan kata-kata bilangan Arab (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 10) di dunia Barat..
Jahbir ibn Hayyan, adalah bapak ilmu kimia Muslim yang lebih menekankan pentingnya percoban-percobaan melalui eksperimen: dan ia mendapatkan kemajuan-kemajuan yang nyata, baik dalam praktek maupun dalam teori ilmu pisah. Semua buku­-buku yang ditulisnya tentang ilmu kimia, merupakan buku-buku ilmu kimia yang paling berpengaruh sesudah abad XVI, baik di Eropa: maupun di Asia. Proses kimia yang terpenting yaitu kalsinasi dan reduksi, diuraikan olehnya dengan suatu cara yang berdasarkan ilmu pengetahuan. Dia memperbaiki cara menguap, menyublim, melebur dan membalur. Dia mengetahui caranya untuk memuat asam-belerang dan asam-sendawa, serta men­campurkan sedemikian rupa, sehingga ia mendapatkan campuran aqua regia yang dapat menghancurkan emas dan perak. Hasil-hasil temuannya ini tetap berlaku hingga zaman permulaan ilmu kimia modern pada awal abad XVIII (Ibid, hal. 156-157).
Setelah umat Islam terusir dari Spanyol, maka pada tahun l499 Masehi, Kardinal Ximenes, uskup tinggi dari Toledo memerintahkan membakar habis semua buku-buku milik umat Islam di Granada. Hanya sedikit saja lagi yang masih tersisa dan bertempat di Escurial. Tetapi pada tahun 1671 Masehi di sini terjadi lagi kebakaran terhadap buku-buku yang ditinggalkan ummat Islam, sehingga sisanya tinggal sedikit sekali.
Baru pada abad XVIII pemerintah Spanyol mencoba untuk mengetahui tentang nama-nama buku-buku yang ditinggalkan umat Islam tersebut. Mereka mendatangkan seorang sarjana Syria yang bernama Al Ghaziri (Casiri) untuk mempelajari naskah­-naskah Islam itu dan menyusunnya dalam catalogus. Pada tahun 1719 Al Ghaziri telah mulai menyusun Catalogusnya. Dalam jilid I dimulai nomor 1-159 diisi dengan ilmu bahasa; nomor 168-488 berisi tentang puisi, corak dan seluk-beluknya; nomor 489-705 tentang filsafat; nomor 706-784 tentang etika dan politik; nomor 785-901 tentang pengobatan dan ilmu pengetahuan alam; nomor 902-985 tentang ilmu ukur ruang dan astronomi; nomor 986-1517 tentang hukum, teologi dan pengetahuan yang berkenaan dengan Al Qur’an. Jilid II, baru terbit pada tahun 1770; dimulai dengan nomor 1629-1635 tentang ilmu bumi; nomor 1636-1851 tentang sejarah. Dengan nomor ini berakhirlah usaha Al Ghaziri untuk menyusun catalogus itu, padahal masih kira-kira seratus buku lagi yang belum tersusun. (M.A. Enan, 1979, hal. 268-269).
Kemudian transformasi pemikiran dan sains Islam ke Barat pada Abad  Pertengahan melewati tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap Pertama, sekelompok sarjana Barat mengunjungi wilayah-wilayah Muslim untuk melakukan kajian-kajian pribadi; Constantinus Afrikasus dan Adelhard adalah perintis-perintisnya. Belakangan, banyak pelajar dari Italia, Spanyol dan Perancis Selatan menghadiri akademi-akademi Muslim untuk belajar Matematika, Filsafat, Kedokteran, Kosmografi dan lain-lain. Dalam waktu singkat mereka menjadi calon-calon proffesor di universitas­-universitas pertama Barat, yang dibangun dengan mencontoh akademi-akademi Muslim tersebut.
Tahap Kedua, bermula dengan pendirian universitas-universitas pertama Barat. Gaya arsitektur, kurikulum dan metode pengajaran universitas-universitas ini persis sama dengan yang ada pada akademi-akademi Muslim. Mula-mula seminar Salenno didirikan oleh raja Napoli (Naples) yang bernama Frederick dari Sisilia. Di sini buku-buku Aristoteles diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dari bahasa Arab. Pada waktu bersamaan, seminari-seminari penting juga didirikan di Padua, Toulouse dan di Leon.
Tahap ketiga, filsafat dan sains Islam ditransmisikan ke Perancis dan wilayah-wilayah Barat lainnya lewat Italia. Seminari-­seminari di Bologna dan Montpellier didirikan pada abad XIII. Baru beberapa waktu kemudian, seminari Paris dibuka. Dari sini filsafat dan sains Islam itu ke Inggris dan Jerman lewat universitas-universitas Oxford dan Koln, yang didirikan dengan model yang sama.
Berkenaan dengan pendirian universitas-universitas Barat ini Herbert A. Davies menyatakan: "Mereka (orang-orang Muslim) mendirikan universitas-universitas yang selama beberapa abad melebihi yang dipunyai oleh Eropa Kristen. Universitas-Universi­tas di Baghdad, Kairo, Cordova, khususnya, amat termasyhur. Universitas Kairo memiliki mahasiswa sebanyak 12.000 orang. Perpustakaan-Perpustakaan besar dibangun, beberapa di antaranya berisi beratus-ratus ribu jilid buku yang semuanya terdaftar dan tersusun rapi. Banyak orang Kristen yang belajar di Universitas Cordova, kemudian membawa ilmu dan kebudayaan tersebut ke negeri-negeri asal mereka. Pengaruh universitas Islam Spanyol atas universitas-universitas Paris, Oxford, dan universitas-universitas yang mereka bangun di Italia tentunya besar" (Haidar Bagir, Juli-September 1989; 55-56).
Akhirnya untuk melengkapi fakta-fakta sejarah tentang peran filsafat dan sains Islam selama tujuh abad pada zaman Pertengahan, kita salinkan nama-nama filsuf dan ilmuwan Muslim, yang namanya sampai hari ini masih dikenang orang; yaitu:
Pertama, para filsuf Muslim: Al Kindi (801-873); Al Farabi (nama Latinnya: Al Faiabius, wafat 950); Ibn Maskawaih (wafat 1030); Ibn Sina (nama Latinnya: Avicena, 980-1037); Al Ghazali (nama latinnya: Algazel atau Abuhamet, 1058-1111); Ibn Bajah (nama Latinnya: Avempace, 1106-1i38); Ibn Tufail (nama Latinnya: Abubacer, 1100-1185); Ibn Rusyd (nama Latinnya: Averroes, 1126­1198); Ibn Khaldun (1132-1406).
Kedua, para ilmuwan Msulim: Jabir bin Hayyar. (720-815); Al Khawarizmi (780-850); Al Farghani (nama Lltinnya: Afraganus, sekitar 861); At Thabari (839-922); Al Battani (nama Latinnya: Al Bagtenius, Albatenius, wafat 929); Al Biruni (973-1048); Al Mas'udi (947); Ibn Haitsam (nama Latinnya: Al Hazen, 965-1089); Ibn Hazm (994-1064); Az Zargali (nama Latinnya: Arzachel, 1029­1087); Al Khayyami (Umar Khayyam, 1038-1123); Ibn Zuhr (nama Latinnya: Avezoar, 1073-1162); Al Idrisi (1100-1166); Al Hamawi (1179-1229); Qutbuddin (1217-1269); An Nafisi (wafat 1288); Ibn Al Haithar (wafat 1248); Ibn Battutha (1304-1368); Kamaluddin (wafat 1320); Ibn Al Khatib (1313-1374). (Endang Saifuddin Anshari, op.cit., hal. 124-131).
1.        Peran Islam Dalam Pengembangan Teknologi
a.       Industri kertas dan perpustakaan.
Umat Islam belajar teknik membuat kertas dari orang cina dan pabrik kertas pertama di dunia didirikan pada 751 M di Bala Samarkand pada pada masa Kesultanan Abbasyiyah (750-1262). Sejalan dengan kemajuan ilmu-ilmu agama Islam, filsafat, ilmu pengetahuan dan sastra sejak Kesultanan Umayyah di Syria (661-750), perpustakaan yang menyimpan dan menyiarkan karya-karya ilmu agama Islam, filsafat, ilmu pengetahuan dan sastra tumbuh dan berkembang bagaikan cendawan di musim hujan.
Khalifah al Ma’mun, pada tahun 815 mendirikan perpustakaan “Baitul Hikmah” di kota Baghdad yang berisikan 1.000.000 (satu 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar