Rabu, 18 Mei 2011

a.       kehidupan umat Muslim seperti yang dilakukan tentara Inggris di Afghanistan, Irak dan Kosovo.
“Akan ada perjuangan besar dengan Islam. Ini adalah perang melawan kejahatan, jangan membuat kesalahan,” kata reid sebagaimana dimuat harian cetak, Express. Menurut Reid, kejahatan dimana saja sama, apakah ia dalam balutan seragam Nazi, Brigade Merah, hingga tentara Republik Irlandia di Irlandia Utara. (Surat kabar, Republika, Jakarta, 23 Februari 2006).
b.      Penghinaan dan pelecehan terhadap Islam sejak tahun 2000.
Pelecehan terhadap Islam adalah perilaku lama kaum orientalis Eropa. Namun api pelecehan masa kini meningkat sejak peristiwa 11 September 2001. berikut adalah sebagian pelecehan yang terjadi di Barat sejak tahun 2000:
·        November 2000, harian Kanada, Kalaghory Shin memuat artikel yang didalamnnya manuduh bahwa Islam adalah agama yang khusus untuk membunuh orang-orang Yahudi.
·        Oktober 2002, Partur Garry Falweel, pendeta terkenal di kelompok Baptis (salah satu aliran di gereja Protestan), dalam wawancara dengan sebuah televisi Amerika mengatakan, “Muhammad adalah seorang bringas dan suka perang.”
·        November 2003, Perancis meningkatkan kampanye pelarangan jilbab Islami di sekolah-sekolah dan tempat-tempat kerja.
·        Januari 2004, anggota Partai Nasional Inggris, Nick Gryfen, menyebut Islam sebagai “ideologi yang rusak”, tidak layak untuk mendapatkan tempat bagi kompromi penting di dalam masyarakat yang bebas dan tidak sesuai dengan demokrasi.
·        Juli 2004, para tahanan Arab dan Muslim di Guantanamo yang telah dibebaskan mulai mengungkapkan pelecehan terhadap Islam berupa perobekan dan penodaan (pengotoran) terhadap kitab suci Al Quran oleh para serdadu Amerika  di penjara yang terkenal tersebut.
·        Mei 2005, penyiar radio di Washington, Michel Graham, menyebut Islam sebagai kelompok teroris dan kini dalam kondisi perang dengan Amerika Serikat, untuk itu Makkah Al Mukarramah layak dinuklir.
·        Juli 2005, tokoh komedi Jack Mison, dalam acara yang dipandu Jime Bohanon, menyebut Islam sebagai organisasi yang mendorong pembunuhan, kebencian dan terorisme.
·        September 2005, harian Denmark Jyllands-Posten, memuat kartun yang melecehkan Rasulullah SAW.
·        November 2005, serangan terhadap masjid di Wina Austria.
·        Desember 2005, penyiar Radio Chicago, Amerika, Powell Harvey menyebut Islam sebagai agama yang mendorong aksi pembunuhan.
·        Januari 2006, harian Norwegia kembali memuat gambar karikatur yang menggambarkan Rasulullah SAW dengan tidak layak, dengan dalih kebebasan berekspresi (freedom of expression) atau freedom of speech.
·        Januari 2006, penyiar televisi dari jaringan televisi kabel MSNBC, Bill Handel, mengolok-ngolok kaum Muslimin soal peristiwa Mina, dan menyebut mereka sebagai pembegal jalanan.
·        Pada 10 Januari 2006, majalah Kristen Norwegia, Magazinet, kembali memuat gambar yang pernah dimuat harian Denmark dan meminta maaf setelah itu.
·        Januari 2006, perusahaan-perusahaan jaringan mencetak gambar pelecehan terhadap Rasulullah SAW yang mengenakan kaos dan diedarkan ke seluruh dunia dengan harga yang sangat murah agar dipakai banyak orang baik dengan sengaja maupun tidak sadar.
(Sohaib Jesim, Republika, Jumat, 13 Februari 2006).
Kemudian sikap benci dan permusuhan terhadap Islam bukan hanya dilakukan oleh kaum Kristen dan Yahudi Eropa Barat dan Amerika Serikat, tetapi juga olh kaum Kristen dan Yahudi Eropa Timur seperti Soviet Rusia, sebagaimana tertulis dalam Encyclopedia Uni Soviet “Bolshaya Sovjetkaya Encyclopedia;” antara lain menulis:
a.       Agama Islam, sebagaimana agama-agama lainnya, selalu memainkan peranan yang reaksioner, yang dilakukan oleh kelas-kelas pemeras, sebagai satu senjata untuk menindas secara rohani kaum-kaum yang membanting tulang dan dilakukan oleh penjajah asing untuk memperbudak bangsa-bangsa Timur.
b.      Suatu krisis ekonomi dan sosial sedang tumbuh di kalangan suku-suku bangsa yang akibatnya ialah perkembangan agama Islam, yang menyebarkan ketidakadilan sosial dan ekonomi dan sistem pemerasan yang sedang ditegakkan.
c.       Peninggalan yang besar dari Islam yang mula-mula ialah al Qu’an, yang tercantum di dalamnya dasar-dasar dari dogma, kebudayaan dan undang-undang Islam. Dalam mana Allah (Tuhan orang Islam) meramalkan akan datangnya hari kiamat yang cepat, hukuman yang mengerikan dan mengancam orang-orang munafik yang tidak mengakuinya sebagai Raja Yang Maha Kuasa dengan siksaan-siksaan neraka.
d.      Al Qur’an yang dengan teguh dan tetap mempertahankan perbudakan (menganggap bahwa perbudakan diciptakan oleh Allah) pemerasan, kemiskinan dan ketidaksamaan orang-orang dalam masyarakat, menjadi sanggahan yang terbaik dari pemalsu-pemalsu semacam itu.
e.       Pengikut-pengikut Muhammad mengakui Mekah sebagai kota yang suci dan Ka’bah sebagai satu-satunya tempat suci, yang ditentukan sebagai tempat menunaikan Haji dan bahkan mereka tetap memelihara penyembahan berhala, penyembahan batu hitam yang terletak di Ka’bah.
f.        F. Engels: “Islam satu agama yang disesuaikan dengan bangsa-bangsa Timur, terutama dengan bangsa Arab, yakni pada satu pihak dengan penduduk-penduduk kota yang berdagang dan berhubungan, dan pihak lainnya dengan suku-suku bangsa Badawi yang hidup mengembara.
g.       Al Qur’an melukiskan manusia itu sebagai hamba Allah tanpa kemauan, yang wajib tawakal dan sabar serta menyerahkan diri kepada Allah, Rasul-Nya dan kepada manusia yang memegang kekuasaan.
h.       Untuk memperlengkap al Qur’an itu, timbullah cerita-cerita orang Islam ialah Sunnah yang terdiri dari banyak hadits yaitu cerita-cerita yang berisi tindakan-tindakan dan putusan yang katanya dibuat oleh Muhammad.
i.         Juga syari’at-syari’at yang sangat teliti mengatur semua segi dari kehidupan seorang Muslim, telah dikembangkan atas dasar al Qur’an dan Sunnah.
j.        Di USSR, sebagai akibat dari kemenangan Sosialisme dan hapusnya golongan-golongan yang memeras, akar-akar sosial Islam, sebagaimana akar semua agama dibinasakan. Di USSR, Islam hidup hanya sebagai sisa-sisa dari bentuk-bentuk dari masyarakat pemeras.”
(Bolshaya Sovietkaya Encyclopedia, jilid XVIII, 1953: 616-619).
Selanjutnya kaum Kristen Indonesia, yang hanya 10% dari jumlah penduduk dan 90% adalah umat Islam, mempunyai sikap kebencian dan permusuhan terhadap umat Islam, yang sama sebagaimana terungkap dibawah ini.
Sikap benci dan permusuhan terhadap Islam tidak pernah berhenti dan padam dari dada umat Kristen sampai sekarang ini, seperti terungkap antara lain dalam sebuah buku “Do’a garuan” bagi umat Kristen-Khatolik Indonesia terbitan keuskupan Agung Semarang, sembahyang nyuhun mertobati bangsa Islam (Do’a bagi bertobatnya kaum Muslimin), berbunyi: “Ya, Tuhan Yesus Kristus, Tuhan kami, Allah yang sejati, manusia yang sejati, penebus seluruh umat, dengan segala kerendahan hati kami mohon kepada-Mu, selaras dengan kemurahan bunda Maria yang suci tanpa noda, semoga kiranya Tuhan berkenan melimpahkan balas kasihan kepada segenap bangsa, yang sudah sekian lama “meringkuk dibawah tindasan agama Islam”.(Sudibyo Markus; 1978: 13).
Dengan demikian sikap konfrontatif umat Kristen terhadap kaum Muslimin tidak pernah mengedur. Hal ini terlihat dengan gamblang, seperti apa yang dikemukakan oleh Dr. W.B. Dijabat, tokoh Kristen Protestan Indonesia, dengan ucapannya: “seluruhnya ini menunjukan bahwa pertemuan Injil dengan Islam dalam bidang cakup yang lebih luas sudah dimulai. Saya bilang “dimulai”, bukan dengan melupakan perkabaran Injil kepada umat Islam sejak abad ke-VII, melainkan karena kalau kita perhatikan dengan seksama, konfrontasi Injil dan agama-agama didunia ini dalam bidang cakup yang lebih luas, dan dalam hal ini adalah Islam, barulah dimulai dewasa ini secara mendalam. Dan bagi orang-orang yang berkeyakinan kuasa Allah Bapak, Yesus Kristus dan Roh Kudus, setiap konfrontasi seperti ini akan selalu dipandangnya sebagai undangan untuk turut mengerahkan jiwa dan raga merenungi memenuhi tugas kemuliaan Allah”. (W.B. Dijabat; 1964: 134-135).
Dan tokoh Kristen Indonesia, seperti antara lain Jenderal TNI (Purn) Leonardus Benny Moerdani, di dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Goh Cok Tong dan pejabat tinggi Singapura serta pejabat tinggi Indonesia, ia menyatakan: “B.J Habibie, sebagai Islam Fudamentalis dan Ekstrimis, lebih berbahaya buat Barat dan Cina ketimbang gabungan Khomeini-Saddam Hussei dan Khadafi”. (Patriot Nusantara; 1999: 8-10).
Lebih jauh dari pada itu dalam semangat untuk menaklukan Islam, segaimana pesan Kitab Perjanjian Lama, Pasal Kitab Ulangan, surat: 2: 10-16, maka Bangsa Barat (Kristen dan Yahudi) telah melakukan studi tentang Ke-Islaman sejak abad ke-8 dan peningkatan studi tentang Islam pada abad ke-20 sangat luar biasa. Apa sasaran-sasaran yang dicapai oleh Bangsa Barat (Kristen dan Yahudi) dalam Studi Ke-Islaman tersebut ? Jawabannya dapat dibaca dalam pernyataan Prof.Dr. Ismail Raj’i al Faruqi (Kepala Jusuran Studi Ke-Islaman Temple University-AS; Direktur Institut Studi Islam di University of Chicago (AS); Direktur Institut International Pemikiran Islam di Washington (AS); dan pada tahun 1987 mati terbunuh oleh agen-agen Yahudi Zionis Amerika Serikat), dimana antara lain sebagai berikut :
1.      Studi Ke-Islaman lahir karena faktor kebutuhan usaha Kristenisasi dan missionaris yang ingin mengenal Islam sebagai suatu agama yang harus dilenyapkan di muka bumi, atau sekurang-kurangnya dihambat dari perkembangannya dan dilumpuhkan semangat ajarannya. Adalah wajar, kalau studi ke-Islaman digabung dengan jurusan perbandingan agama. Bagi mahasiswa yang hendak memasuki studi ke-Islaman dianjurkan meneliti segi-segi kelemahan Islam yang akan dijadikan target caki-maki. Pandangan mereka selalu terarah pada aliran pemikiran Islam yang menyimpang, seperti: Syi’ah, Ismailiyah, Ahmadiyah, Safyah, Bahaiyah dan sejenisnya. Jika mengadakan studi Al Qur’an, Hadits, Fiqh dan dasar-dasar ke-Islaman lainnya, mereka bernada mencela. Serangan terhadap Islam adalah merupakan sasaran pokok, sedangkan mencari titik kelemahan Islam adalah merupakan sasaran akhir;
2.      Studi ke-Islaman, antara lain, karena faktor kebutuhan Amerika Serikat terhadap karyawan yang berwawasan luas tentang Islam, baik segi politik, ekonomi, sosial, geografi dan cara berpikir. Tujuannya agar mampu memberi pelayanan kemaslahatan negara, perusahaan industri dan perdagangan yang berkerjasama dengan dunia Islam. studi ini terpusat pada penelitian strategis yang secara langsung dapat menyentuh kepentingan mereka, seperti tentang struktur politik, sumber daya alam dan ekonomi, psikologi, interaksi-sosial dan agama. Studi semacam ini baru di mulai setelah Perang Dunia II. Sejak itu Amerika Serikat mulai mencurahkan mata anggaran untuk kepentingan pembelian buku-buku berbahasa Arab dan ke-Islaman; mendirikan pusat-pusat penelitian yang dinamakan studi Timur Jauh dan Timur Tengah, termasuk di dalamnya studi tentang bangsa Israel, Armenia, Kibti, Turki, Persia, Habsyi dan Yunani modern. Studi ini juga diarahkan pada penelitin bahasa Arab setempat, bahkan sering diistilahkan dengan studi bahasa Mesir, Syria, Hijaz, Maroko dan Irak. Pokok-pokok studi ini bukan semata-mata suatu dasar tanpa arah. Ia merupakan pokok studi yang mengarahkan arah kurikulum dan tipe mahasiswa yang akan dicetak sesuai dengan disiplin ilmu yang ada. Seorang guru besar Muslim yang dibebani memberi pelajaran pada bidang studi tersebut tidak memiliki wewenang mengubah. Ia terpaksa patuh mengikuti ketentuan yang telah ada. Tetapi adalah suatu kekeliruan yang fatal merendahkan martabat, dan memperkosa semangat jiwa ke-Islaman, jika kita mematuhi sepenuhnya ketentuan yang telah digariskan oleh universitas;
Buku-buku standar berhasa Inggris mengenai ke-Islaman sebagian besar adalah karangan orientalis zending Barat (Kristen) yang bernada dengki, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar