Selasa, 17 Mei 2011

Dalam operasi militer. Khalifah mampu menaklukan para pembangkang zakat seperti qabilah banu Abs, banu Zubyan dan banu Bahr (Rusan; 1983: 38).
-           Penumpasan Nabi Palsu (kaum murtad)
Kaum murtad dengan para pemimpinnya yaitu nabi palsu yaitu: Thulaihah bin Khuwailid di daerah Buzakhah, Musailamatul Kazzab dari banu Hanifah di daerah Yamamah, Aswad di daerah Yaman.
-           Penumpasan para pemberontak yang memisahkan diri dari Negara Islam Madinah yaitu: Malik bin Nuwairah dari banu Tamin di daerah Bithah, Amar bin Madikaibah, Qais bin Maksyu di daerah dekat Yaman, pemberontakan di daerah Tihanah dekat Yaman, Hatham bin Dhubaah di Bahrain, Zutaj Laqith bin Malik di daerah Oman, pemberontakan di dekat Mahrah, pemberontak qabilah Qudhaah, pemberontakan dari banu Salim dan Hawazin, dan pemberontakan di daerah perbatasan Syria. (Rusan; 1983: 39-41).
Penumpasan tiga nabi palsu dengan qabilah-qabilahnya, dan sepuluh qabilah pemberontak yang memisahkan diri dari Negara Islam Madinah dilakukan secara serentak dipimpin oleh para komandan tentara seperti antara lain Khalid bin Walid, Akrimah bin Abi Jahil, Syurahbil bin Hassanah, MUhajir bin Umayyah, Suwaid bin Muqrin Alausi, Ala bin Hadhami, Huzaifah bin Muhshar, Arfgah bin Hartsmah, Amr bin Ash, Ma’an bin Hajiz dan Khalid bin said. (A Syalabi; 1987: 233)
Kebijakan ketiga, Khalifah Abu Bakar Siddiq mengamankan daerah-daerah perbatasan seperti daerah perbatasan Persia di Irak dan daerah perbatasan Romawi Timur di Syria. Khalifah mengirim 10.000 pasukan tentara Islam di bawah pimpinan komando Khalid bin Walid ke Irak daerah kekuasan Persia. Sesampainya diperbatasan Irak, Khalid bin Walid berkirim surat kepada komandan tentara Persia di Irak Hormuzdi. Isi surat itu ada tiga pilihan; masuk Islam, perdamaian, dan perang. Hormusdi sebagai komandan pasukan Negara adidaya Persia, yang telah beratus tahun berkuasa dibelahan timur Asia, memilih alternatif ketiga, yaitu perang. Pertempuran dahsyat terjadi dan dalam duel antara Khalid bin Walid dengan Hormuzdi dimedan pertempuran Kazimah (Salasil), Hormuzdi mati terbunuh, sehingga pasukannya mundur dan melarikan diri. Dengan kemenangan tentara Islam di medan pertempuran Kazimah, maka kota-kota yang ada disekitarnya menyerah kalah tanpa syarat. (Mahmud Azizl 1960: 30-31).
Hampir bersamaan waktu pengiriman pasukan Khalid bin Walid, khalifah juga mengirim ekspedisi ke daerah perbatasan kekuasaan Kristen Romawi Timur, yaitu Syria;
-           Pasukan tentara Islam dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Jarrah ke daerah Himsh.
-           Pasukan tentara Islam dipimpin oleh Yazid bin Abi Sofyan ke daerah Damaskus.
-           Amr bin Ash memimipin pasukan tentara Islam ke daerah Palestina.
-           Syurahbil bin Hasranah memimpn pasukan tentara Islam ke daerah Yordania.
Jumlah pasukan ekspedisi ini seluruhnya 24.000 dengan komandan umumnya adalah Abu Ubaidah. Ekspedisi ini hampir semua gagal, kecuali ke daerah Palestina. Oleh karena itu Khalifah memutuskan semua pasukan ekspedisi di front Syria (barat) dan front Irak (timur) diserahkan menjadi satu dengan penglimanya Khalid bin Walid dan medan pertempuran didaerah Yarmuk. Pertempuran dahsyat antara pasukan tentara Islam yang berjumlah 30.000 berhadapan dengan tentara Kristen Romawi Timur dibawah komandan Theodore – saudara kaisar Heraklius – yang berjumlah 100.000 orang. Hampir separo pasukan tentara Kristen Romawi Timur mati dalam pertempuran tersebut, sehingga lainnya melarikan diri ke kota Antishia. Pasukan tentara Islam terus maju ke kota Damaskus dan mengepung kota itu beberapa bulan sampai akhirnya mereka menyerah kalah. Penyerahan kota Damaskus baru dapat dilakukan setelah Khalifah Abu Bakar Siddiq wafat. (A. Syalabi; 1987: 247-251).
Walaupun kemenangannya dalam menumpas nabi palsu, semua pemberontakan yang mau memisahkan diri dari Negara Islam Madinah dan menundukan pembangkang zakat, serta menguasai sebagian daerah Persia di Irak dan sebagian daerah Romawi Kristen di Syria, sehingga perdamaian dan kententraman didalam jazirah Arab terjamin, Abu Bakar Siddiq sebagai Khalifah (Kapala Negara) Islam tetap hidup dalam kesederhanaannya, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw. Setiap hari ia pulang pergi dari Madinah – Ibu kota Negara Islam – ketempat kediamannya di daerah Al Surah di pinggiran kota. Ia hidup bersama istrinya Habibah dalam kehidupan sangat sederhana. Ia tidak mendapatkan gaji sebagai Kepala Negara, ia menyisihkan waktunya dengan berdagang sebentar di pasar kota Madinah. Segala urusan Negara dikerjakan dalam ruangan yang sangat sederhana di depan mesjid Nabi. (Phillip K Hitti; 1963: 79).
a.       Zaman Khalifah Umar bin Khattab (13-23 H / 634-644 M).
Menjelang sakitnya Abu Bakar Siddiq, ia mengangkat Umar bin Khattab sebagai Khalifa Negara Islam Madinah dengan persetujuan para tokoh Muhajirin dan Anshar seperti antara lain Abdurahman bin Auf, Utsman bin Affan, Ali bin Abithalib, Usaid bin Khudain dan lain-lain.
Dalam pidatonya, Khalifah Umar bin Khattab antara lain mengatakan: “segala puji bagi Allah, mudah-mudahan keselamatan dan kesejahteraan bagi Nabi Muhammad saw. Adapun kemudian dari itu bahwa bangsa Arab itu seperti unta yang diberi tali, unta itu akan menurut kepada siapa yang mengendalikannya. Saya akan mengendalikan kamu kepada jalan yang benar, dan jika kedapatan saya bersalah, tidak menurut perintah Allah dan Rasul-Nya hendaklah kamu luruskan”.
Pada saat kalimat ini diucapkan Khalifah, spontan seorang laki-laki berdiri dan dengan pedang terhunus, ia berkata: “saya akan meluruskan engkau hai Umar dengan pedang saya ini, apabila sekiranya engkau bersalah”.
Mendengar ucapan orang itu, Umar bin Khattab berkata: “saya mengucapkan terima kasih kepada saudara yang suka membetulkan saya dengan cara itu”. (Mahmud Aziz, 1960: 46).
Kebijakan pertama Khalifah Umar bin Khattab meneruskan ekspedisi militer ke Irak – daerah kekuasaan Persia – seperti yang dilakukan semasa Abu Bakar Siddiq. Khalifah telah mengangkat Abu Ubaidah, Tsaqafi dan Mutsama sebagai komandan pasukan tentara Islam yang melakukan ekspedisi ke Irak. Sedangkan Persia telah mengangkat Nasri dan Jupan sebagai komandan pasukannya dibawah pimpinan Rustam sebagai menteri peperangan Persia. Pertempuran dahsyat terjadi di medan perang “Mamaruq”, dimana komandan tentara Persia Jautzan syah dan Merdan syah mati terbunuh, sehingga pemukanya melarikan diri mereka kedalam Negara Persia.
Tetapi kemenangan tentara Islam di Mamaruq ini tidak berlangsung lama, karena Rustam Menteri Peperangan Persia mengerahkan pasukan militer dengan kendaraan gajahnya yang luar biasa besarnya. Pertempuran di tepi sungai Euphrat, pasukan tentara Islam mengalami kekalahan besar, enam ribu orang tentara Islam dan dua komandannya Abu Ubaidah bin Tsaqafi menjadi syuhada. Sisa-sisa pasukan tentara Islam sebanyak 3.000 orang dibawah komandannya Mussama mengundurkan diri ke daerah Buwaib dekat kota Kufah.
Mendengar kekalahan besar tentara Islam, maka khalifah menngerahkan pasukan tentara Islam dan pasukan sukarelawan dari qabilah-qabilah yang berada didalam daerah Negara Islam Madinah menjadi puluhan ribu pasukan dikerahkan ke medan pertempuran. Dan pasukan tentara Persia yang berjumlah puluhan ribu juga telah bersiap-siap bertempur di sisi sungai Euphrat.
Pertempuran dahsyat di Buwaib, sehingga banyak komandan kedua-belah pihak yang gugur, termasuk Metran – panglima pasukan Persia – terbunuh oleh pasukan sukarelawan Muslim dari banu Taqlab sehingga Persia, Negara adidaya di timur runtuh untuk selama-lamanya. (Syibli Nu’man; 1981: 91-102).
Kebijakan kedua, khalifah menuntaskan pengepungan kota Damaskus – Syria yang telah dilakukan sejak masa Khalifah Abu Bakar Siddiq. Pasukan tentara Islam dibawah pimpinan Abu Ubaidah bin jarrah dan Khalid bin Walid berhasil meruntuhkan benteng pertahanan damaskus dan usul perdamaian dari pasukan Kristen Romawi Timur diterima oleh tentara Islam. (Syibli Nu’man; 1981: 147-149). Jatuhnya kota Damaskus ke tangan tentara Islam menimbulkan amarah Kaisar Heraklius, sehingga ia mengerahkan 200.000 pasukan tentara Kristen Romawi Timur untuk menyerang pasukan tentara Islam di Damaskus yang hanya berkekuatan 24.000 orang. Pertempuran sengit dan dahsyat terjadi di daerah tepi sungai Yarmuk. Pasukan Kristen yang besar dan dahsyat serta kaki-kaki mereka diikat oleh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar