Selasa, 17 Mei 2011

menganggap si pengarang itu bersih obyektip serta tidak berniat jahat; semata-mata ilmiah.
Tulisan-tulisan yang seperti ini jauh lebih berbahaya daripada tulisan-tulisan yang terat-terangan memusuhi Islam dan kaum musiimin. (Musthafa As Sibai; 1983: 23-25).
Sebagai satu bukti tentang adanya "dosis racun" yang mereka selipkan di dalam karangan dan tulisan para orientalis yaitu atara lain buku "The Short History of Arab" (Sejarah Singkat Dunia Arab) karangan Phillip K. Hitti, yang berbunyi: "Islam mempergunakan suatu teriakan perang (Allahu Akbar), suatu cara yang baik untuk menge­tahui di mana seseorang berada tatkala bertempur dan sebagai suatu semboyan untuk seperjuangan. Tidak dapat disangkal bahwa hal ini mempunya' daya-tarik bagi khalayak ramai yang belum pernah hidup bersatu itu, dan besar jugalah sumbangan yang diberikannya sebagai tenaga pendorong. Tetapi hanya dengan alasan-alasan ini sukarlah untuk menjelaskan kemenangan-kemenangan Islam itu. Bukan fana­tisme, "melainkan desakan-desakan ekonomilah yang mendorong kelompok-kelompok Baduwi" (dan kebanyakan dari tentara penyerbu itu diambil dari buku-buku Baduwi) keluar perbatasan-perbatasan negerinya yang tandus itu, pergi ke negeri-negeri yang makmur di sebelah utara. Ada orang yang mungkin dipengaruhi oleh suatu impian akan beroleh kehidupan di syurga kelak, akan tetapi keinginan "akan kesenangan dan kemewahan yang didapatkan dalam daerah-daerah Bulan Sabit yang sudah lebih maju, sama juga kekuatan pengaruhnya" atas berbagai orang. (Pjillip K HItti; 1963: 66)..
Dari keterangan di atas, menurut Phillip K. Hitti bahwa dasar moti­vasi perang yang dilakukan Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya adalah kepentingan "ekonomi dan kemewahan" dan bukan untuk me­laksanakan perintah Allah S WT untuk meninggikan kalimah Allah dan mempertahankan kehormatan kaum muslimin dengan harapan pasti (bukan khayalan/mimpi) mendapat ganjaran syurga di akhirat kelak. Apabila benar tuduhan Phillip K. Hitti, maka fakta sejarah akan ter­bukti bahwa Rasul Allah s.a.w. dan para sahabatnya, terutama Khu­lafaur Rasyidin yaitu Abu Bakar, Umar Ibnul Khattab, Usman dan Ali, yang telah mendirikan Daulah Islamiyah (Negara Islam) yang berpusat di Madinah sejak 622-661, dan telah menaklukkan kerajaan-kerajaan besar seperti Romawi, Persia dan Mesir, pasti mereka hidup dalam kemewahan: mendirikan istana yang megah, memakai pakaian yang indah-indah, membentuk pasukan pengawal dan pengiring kepala negara yang penuh kebesaran; sebagaimana dijumpai pada kekaisaran Romawi dan Persia. Tetapi fakta-fakta yang dijumpai dalam sejarah malah sebaliknya.
Rasulullah s.a.w. dan para Khulafaur Rasyidin, sebagai kepala negara yang telah menaklukkan Romawi, Persia dan Mesir dengan masa kekuasaan 40 tahun, tidak membangun istana yang megah dan besar, sebagai pusat kegiatan pemerintahan Islam, tetapi malah tetap mempergunakan "serambi" di sisi Masjid Nabawi dengan sangat sederhana sekali. Juga Rasulullah s.a.w. dan para Khulafaur Rasyidin tidak mendirikan rumah-rumah pribadi yang mewah, tetapi malah tetap mempergunakan rumah pribadi masing-masing yang sangat sederhana sekali. Dan tidak mempergunakan pasukan pengawai istana dengan pakaian serba indah dan gemerlapan. Sikap dan cara hidup Rasulullah s.a.w. dan para Khulafaur Rasyidin tetap sangat sederhana seperti sebelum mereka menjadi kepala negara yang telah menaklukkan dua negara adikuasa (super power) pada waktu itu yaitu Romawi dan Persia,
Contoh lain tentang racun yang dimasukkan ke dalam tulisan para orientalis, dapat pula dilihat di dalam buku "Shorter Encyclopedia of Islam" tentang Al-Qur'an yang ditulis oleh Frant Bull, di mana antara lain ia menulis: "Qur'an hanya memuat keterangan yang sedikit dan sangat tidak jelas (abstrak) tentang proses hubungan wahyu. Ia dise­lingi kerahasiaan, di mana Nabi Muhammad tidak dapat dan tidak akan memberikan penjelasan. Bukan dari Qur'an, melainkan dari Hadits yang shahih, bahwa kita mepgetahui sedikit tentang keadaan "mabuk setengah abnormal" (half abnormal ecstatic condition). (A. Hanafi; 1981: 26).
Keterangan dari buku ini, menurut Frant Bull, bahwa Rasulullah s.a.w dalam menerima wahyu senantiasa dalam keadaan mabuk dan tidak normal. Pendapat Frant Bull ini sesuai dengan pendirian para onentalis yang menyatakan Rasulullah s.a.w. itu dihinggapi penyakit ayan dan setengah gila.
Padahal dan keterangan Al-Qur'an, seperti antara lain Surat 73 (Al-Muzammil): 1, dan Surat: 74 (Al-Muddatsir): 1 dan keterangan Hadits-hadits shaheh, bahwa Rasulullah s.a.w. menerima wahyu pertama di Gua Hira, ia pulang ke rumah dan minta diselimuti oleh isterinya, karena merasa seram dan dingin, setelah ia melihat Malaikat Jibril.
Pengertian ayat I dari Surat: 73 (Al-Muzammil), yaitu "orang yang berselimut", sedangkan pengertian ayat 1 dari Surat: 4 (Al-Muddatsir), yaitu "orang yang berselubung". Jadi pada ayat-ayat tersebut tidak ada sedikitpun mengandung pengertian seperti "orang mabuk atau orang yang gila", sebagaimana disimpulkan oleh Frant Bull. Demikian juga di dalam Hadits-hadits shaheh, tidak ada sedikitpun keterangan yang me­nyatakan bahwa Rasulullah s.a.w. dalam menerima wahyu itu dalam keadaan "mabuk dan setengah normal".
Racun yang disisipkan oleh para orientalis ke dalam tulisan-tulisan mereka, banyak yang termakan oleh para ilmuwan muslim yang ber­pendidikan Barat, sehingga buku-buku mereka dijadikan sumber ilmiah yang penting dan berharga, dan dipergunakan sebagai buku standard di berbagai universitas di negeri-negeri Islam, dalam mata kuliah menge­nai Islam dan kaum muslimin. Dan mereka berlomba-lomba menter­jemahkan buku-buku tersebut ke dalam bahasa mereka masing-masing.
Buku-buku yang ditulis oleh para orientalis dan mengandung racun, tetapi dijadikan buku standar oleh para ilmuwan muslim berpendidikan Barat di Universitas-universitas di negeri-negeri Islam, yaitu:
-         A Literary History of Arabs oleh Nicholson;
-         The Short History of Arabs oleh Phillip K. Hitti;
-         The History of Arab Literary oleh Carl Broddemon;
-         Introduction to Islamic Theology and Law oleh Goldziher;
-         The Origins of Muhammadons Jurisprudence oleh Schacht; - Islam in Modern History oleh W.C. Smith;
-         Wither of Islam H.A.R. Gibb;
-         Muhammad in Mecca. Muhammad in Madinah, Muhammag Prophet and Statesmen oleh Montgomery Watt;
-         Shorter Encyclopedia of Islam oleh Frant Bull;
-         Encyclopedia of Islam.
(An Nadwi; 1983: 26-27).
Para ilmuwan muslim yang keracunan pikiran Kristen-Barat ini, menggunakan buku-buku Para orientalis sebagai standar dalam mata kuliah studi Islam di universitas-universitas mereka, dengan alasan untuk modernisasi dan obyektifitas. Karena, menurut mereka, hanya dengan modernisasi dan pembaharuan, umat Islam dapat maju dan mengejar Barat. Modernisasi dengan jalan pembaharuan model Barat sama artinya dengan mencabut akar-akar iman dari ruhani kaum muslimin, sehingga hampa dari bimbingan spiritual yang benar, dan menjerumuskan umat Islam ke dalam belenggu material yang tak terbatas serta senantiasa disibukkan oleh ambisi-ambisi syaitaniah.
Kondisi peradaban Barat modern dewasa ini digambarkan dengan tepat oleh Dr. Mohammad Natsir, Wakil Presiden Muktamar Alam Islam dan bekas Perdana Menteri RI tahun 1950, dengan ucapannya: "Peradaban Barat modem, yang bersifat ilmiah, berjiwa kemanusiaan dan berpandangan hidup sekuler itu, yang dalam suatu zaman lampau mendakwakan dirinya telah memberikan penyelamatan kepada manusia daripada apa yang dinamakan "tirainya tahayul, mistik dan kefanatikan gereja serta agama", kini peradaban Barat modern menyadari bahwa keadaannya tidak damai lagi, karena dia telah dibelenggu oleh nafsu material yang tidak ada batasnya dan senantiasa disibukkan oleh segala macam ambisi yang tidak terkendalikan, hampa dari setiap bimbingan spiritual.
Ruang hampa dalam jiwa manusia telah menjerit meminta bimbngan spiritual, agar supaya dapat membuat kehidupan ini cukup bernilai untuk dijalani. Dengan perkataan lan, orang modern itu telah mengalami “kehampaan spiritual” (spiritual vacuum), kelaparan spiritual, yang tidak kalah bahayanya dari kelaparan jasmani:. (Mohammad Natsir; 1980: 15-16).
Mengapa para ilmuwan muslim yang melakukan studi tentang Islam pada universitas-universitas Banat-Kristen menjadi "burungg beo" yang menjiplak mentah-mentah apa yang diajrirkan oleh para guru besar Kristen-Barat itu? Jawaban yang diberikan oleh Prof. Dr. Ismail al-Faruqi (Kepala Jurusan Studi Keislaman di Temple University (AS); Direktur Institut Studi Islam di University of Chicago (AS); Direktur Institut International Penalaran Islam di Washington 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar