Rabu, 18 Mei 2011

gerakan Islam serta kecenderungan kepada Islam tersebut, baik di Pakistan, Sudan dan Afganistan, selalu bahu-membahu dan dukung-mendukung satu sama lain”. (Majalah Suara Masjid; No. 138; Maret 1986 : 29-31).
Selanjutnya, pertarungan apa yang terjadi antara Yahudi dan Kristen dengn Islam pada abad VII ?
Dalam Piagam Madinah pada 622, kaum Yahudi dari suku Bani Quraizah terikat dalam perjanjian setia terhadap negara Islam Madinah. Tetapi, ketika akan terjadinya perang antara Pemerintahan Islam menghadapi pasukan tentara Ahzab (sekutu) yang terdiri dari kaum Quraisy Mekah, suku-suku sekitar kota Madinah seperti Ghatafan, Bani Murrah, Bani Fazarah, Bani Asyj’a, Bani Sulamin dan Bani Asad, maka kaum Yahudi dari Quraizah membelot dan bergabung dengan pasukan sekutu. Tatkala pasukan sekutu menarik diri dari medan pertempuran, karena perpecahan diantara mereka, maka tinggalah kaum Yahudi Bani Quraizah, yang berada dibagian selatan kota Madinah sendirian, yang tidak bisa melarikan diri, sehingga hanya mereka yang berhadapan dengan pasukan tentara Islam. Karena kekuatan tak seimbang akhirnya, kaum Yahudi Bani Quraizah menyerah tanpa syarat! Nabi Muhammad menawarkan kepada kaum Yahudi Bani Quraizah: apakah kaum Yahudi yang akan diberlakukan atas mereka atau hukum Islam. Mereka meminta hukum Yahudi diberlakukan atas mereka. Berdasarkan kitab Taurat, pasal kitab ulangan 2: 10-16, maka semua kaum laki-laki mereka dibunuh, dan anak-anak serta wanita-wanita dijadikan budak!
 Inilah perang yang paling besar antara kaum Yahudi dengan umat Islam. Dan peristiwa perang Ahzab terjadi pada 625. (Mustfafa Mahmud; 1981: 63-71).
Kemudian perang kaum Kristen Romawi dibawah pimpinan Raja Julius dengan umat Islam dibawah pimpinan Khalifah Umar bin Khattab terjadi pada pertempuran di tepi sungai Yarmuk, sebuah anak sungai Yordan, pada 20 Agustus 636. pasukan Romawi-Kristen menghadapi serangan tentara Islam itu tidak mempunyai arti sedikitpun juga, walau para pendeta mereka rajin bernyanyi dan berdo’a sambil mendukung salib. (Phillip K Hitti; 1963: 72-73).
Jadi inilah data pertarungan Yahudi dan Kristen dengan Islam sejak abad VII, seperti yang di maksud Samuel T Huntington dalam bukunya.
Selanjutnya, sikap banci dan bermusuhan Yahudi dan umat Kristen terhadap Islam dan Umat Islam dapat dibaca dari tulisan dan ungkapan pemimpin-pemimpin Yahudi dan Kristen sepanjang sejarah, seperti antara lain:
a.       Yoanis Damas Candi (700-749) dalam bukunya “Dispatatio Saracani et Christianti”, menulis: “Nabi Muhammad adalah Nabi palsu yang bernama Mamed (hantu) dan Islam adalah agama berhala.”
b.      Rheopanus Confessor (mati: 817) dalam bukunya “Chromographa”, menulis: “Tahun ini Mamed, pemerintah dan Nabi palsu dari kaum sarasen mati….. ia tidak hanya miskin, juga menderita penyakit ayan.”
c.       Nicolas Zentas (mati: 880) dalam bukunya “Repatasio Muhammad”, menulis: “Nabi Muhammad adalah Nabi palsu, amat dungu, pembohong yang tak bermalu, anak syaitan. Al Qur’an adalah buku dongeng dan bohong.”
d.      Ricardo de Monte (mati: 1350) dalam bukunya “Liber Pengrinaciobis”, menulis: “Pencipta agama Islam adalah syaitan yang membuat jalan untuk Dajjal.”
e.       Dante (mati: 1321) dalam bukunya “Intermo” menulis: “Nabi Muhammad masuk neraka tingkat kesembilan bersama penabur skandal dan penyeleweng.”
f.        Martin Luther (1483-1546) dalam bukunya “Verlegung Alcarans Bruder Ricaldi”, menulis: “Nabi Muhammad adalah kepala perampok, pemuas hawa nafsu, penderita penyakit ayan, mempunyai sifat-sifat syaitan.” (Ismail Ya’cub; 1970: 53-55).
g.       Mark Twain dalam bukunya “Arabia The Cradle of Islam”, menulis: “Tanda waktu cukup menunjukkan dengan jelas apa yang akan terjadi. Semua negeri orang buas dan biadab di dunia (Islam) segera berada di bawah penaklukan Pemerintah Kristen-Eropa. Makin cepat penyergapan terhadap mereka dilakukan sampai selesai, makin baik untuk orang-orang liar itu.”
h.       Mirbt dalam bukunya “Dan Zusan Memarbeien von mission und Kolonialregierung”, menulis: “Penyingkiran bahaya Islam secara pasti tidak sukar dicapai bila kita lawan dengan organisasi yang baik, perbuatan yang penuh energi serta mendapat perlindungan yang menggembirakan hati dari kekuasaan Kolonial. Karena nilai-nilai ekonomi dan rohani yang dibawa oleh missi Kristen ke bumi kafir adalah begitu hebat, sehingga Islam sendiri dengan usahanya tak dapat menandinginya. Islam adalah miskin ekonomi dan miskin rohani.” (O. Hashem; 1968: 23).
i.         Kemudian, baru pertama kali dalam sejarah Kepresidenan Amerika Serikat bahwa setelah pidato Presiden George W. Bush ditutup dengan khutbah dan doa pendeta Kristen. Salah satu pengkhutbah tersebut adalah Pendeta Franklin Graham dari gereja “The Southern Baptist”, yang berbunyi antara lain: “The God of Islam is not the same as The Christian God. The God of Islam is not Father, The God of Christian was the Father of Jesus Christ. He’s not the son of God of the Christian or Jadeo-Christian faith. It is a different God, and I believe it is very evil and wicked religion” (Tuhan orang Islam itu tidak sama dengan Tuhan kita. Tuhan orang Islam bukan Tuhan Bapak. Tuhan orang Kristen adalah Bapak dari Jesus Kristus. Tuhan mereka bukan Anak-Tuhan seperti iman Kristen atau Yahudi-Kristen. Dia Tuhan yang sama sekali, dan saya percaya Islam adalah agama yang jahat dan busuk).
i.Seterusnya Franklin Graham berkata: “The Koran preaches violence and that Islam extremism is greater threat that anyone’s willing to speak of.” (Al Qur’an mengajarkan kekerasan, dan ekstrimis Islam merupakan ancaman besar yang dapat disepakati oleh siapa saja).
j.        Ann Culter, seorang kolumnis Amerika Serikat menulis sebagai berikut: “We Shoud invate their countries, kill their leaders and convert them to Cristionity.” (Kita harus menyerbu negeri mereka (Islam), membunuh para pemimpin mereka, dan memerintahkan mereka ke agama Kristen).
k.      Setelah peristiwa 11 September 2001, keluarlah ucapan-ucapan para tokoh politik Kristen yang bersifat menghina dan bermusuhan terhadap Islam dan umat Islam, seperti antara lain: Para praktisi Kristen-Ekstrim Amerika Serikat; berkata: “Orang Muslim itu adalah makhluk babar, bukan manusia (sub human); anda tidak mungkin berunding dengan mereka. Mereka tidak seperti kita, dan oleh karena itu kriteria demokrasi dan hak-ha aasi manusia tidak dapat diberlakukan bagi mereka.”
l.         Margareth Thatcher, mantan Pedana Menteri Ingggris, dalam wawancara dengan “The Time of London”, antara lain menyatakan: “Orang-orang yang meruntuhkan menara-menara itu adalah orang Muslim, dan orang Muslim harus berdiri tegak dan mengatakan itu bukan cara Islam. Saya belum mendengar cukup kutukan dari para imam Muslim”
m.     Kemudian dalam pertemuan Perdana Menteri Italia Berlusconi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder, ia menyatakan: “Islam adalah ajaran yang kurang beradab dan kedudukannya di bawah Kristen yang telah mampu mendorong demokrasi dan kesejahteraan di dunia. Barat harus menaklukkan orang Islam seperti halnya menaklukkan Komunisme”. (Z.A. Maulani; 2001: 22-23).                
n.       Kemudian pada awal abad ke-21, George W Bush, Presiden Amerika Serikat, tatkala ia mengumandangkan pernyataan perangnya terhadap terorisme internasional, ia mangucapkan dengan lantang dan garang: “if your not with us, you’re agains us” (jika kamu tidak berserta kami, kamu adalah musuh kami). (Z.A Maulani; 2002: 3).
o.      Pernyataan Ratu Denmark; “Mari kita tunjukan perlawanan kita kepada Islam”. Jangan kaget jika kalimat ini termuat dalam biografi resmi Ratu Denmark, Margarethe II, yang terbit April tahun lalu, khususnya pada bagian pandangan politik. “selama beberapa tahun terakhir ini, kita terus ditantang Islam, baik secara lokal maupun global. Ini adalah sebuah tantangan yang harus ditangani secara serius. Selama ini kita terlalu lama mengambangkan masalah ini karena kita terlalu toleran dan malas”, kata Ratu dalam biografinya yang ditulis oleh wartawan Annelise Bistrup. Lebih lanjut sang Ratu menulis, “kita harus menunjukan perlawanan kita kepada Islam dan pada saatnya, kita juga harus siap menanggung resiko mendapat sebutan yang tidak menunjukan sikap toleran. Dan kalau kita bersikap toleran, kita harus tahu apakah hal itu kita akan lakukan dengan senang hati atau karena terpaksa”.
Mengomentari pernyataan keras Ratu Denmark ini, situs Inggris Telegraph menyatakan, ratu tampaknya tidak memperhitungkan bahwa pernyataannya bisa memicu provokasi yang amat luas. Telegraph menyebut pernyataan itu sebagai pernyataan yang tak pantas dikeluarkan oleh seorang pemimpin negara. Pasalnya, pernyataan itu hanya akan membuat hubungan Denmark dengan umat Muslim menjadi tegang. Selain itu, pernyataan yang bernada menghina ini meruntuhkan citra Denmark sebagai surga kebebasan bagi para pencari suaka dan penghidupan baru di Eropa Utara. Denmark sendiri selama beberapa waktu terakhir dituduh menyulut kebencian kepada umat Islam karena langkah kerasnya terhadap imigran.
Mengenai kaum muda Muslim di Denmark, Ratu memahami bahwa mungkin saja mereka mengalami ketidakpuasan. Hal ini, kata Ratu harus dihadapi dengan membimbing kaum Muslim untuk mempelajari budaya Denmark dan menyatu kedalamnya. “kita seharusnya tidak puas dengan hidup berdampingan tetapi kita harus hidup bersama”. Tegas Ratu yang tahun ini berusia 66 tahun ini.
Sebenarnya Ratu tidak mempunyai peran dan pengaruh apa-apa dalam kehidupan politik Denmark. Namun, sesekali ia memberikan pendapatnya atas isu-isu politik yang hangat. Biografi resmi itu – yang diterbitkan ketika Ratu berusia 65 tahun – bisa jadi merupakan sumber penting untuk melongok bagaimana sikap Denmark memandang Islam. Terlebih jika dikaitkan dengan situasi sekarang dimana Denmark menjadi sorotan internasional terkait dengan pemuatan karikatur Nabi Muhammad SAW yang menyinggung umat Islam.
Selama ini, Islam menjadi agama terbesar kedua di Denmark setelah agama utama Kristen Lutheran. Dari total populasi Denmark yang mencapai 5,4 juta orang, tiga persennya adalah Muslim.
(Surat kabar, Republika, Jakarta, 7 Februari 2006).
Pernyataan Menteri Pertahanan Inggris, John Reid , Rabu (22/2), mengatakan, Inggris tengah menghadapi peperangan melawan “kejahatan” Islam ekstrimis. Reid juga mengatakan, tidak ada tentara lain di dunia yang bisa menyelamatkan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar