Selasa, 17 Mei 2011

Pampilius, mereka adalah mahluk-mahluk sederhana yang buta huruf, yang tak mengetahui apa-apa”. 
Selain itu tatkala Konsili Ekumena Nicea di gelar di dunia Kristen telah beredar banyak kitab Injil atau tulisan menegenai Yesus Kristus  atau Rasul-rasulnya. Diperkirakan sekitar 50 buah kitab atau buku-buku tentang masalah agama Kristen. Dalam sidang konsiliasi tersebut, Arius, uskup dari Aleksandria, menyatakan pendapatnya, yang berbeda dari pendapat kaum Kristen Neoplatonis dari Aleksandria sendiri seperti Athanasius, yang menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Putera Tuhan, yang zat-nya sama dengan Tuhan. Dalam Ecyclopedia Americana, pendapat Arius tersebut diwakilkan sebagai berikut: “Yesus Kristus telah ada lebih dahulu, wujud yang tidak abadi, berbeda dengan Bapak (heterosious = lain jenis). Bahkan ia diciptakan oleh Bapak dari tidak ada menjadi “ada”. Tetapi uskup Athanasius dan Kaisar Konstantin yang disokong oleh para uskup dari Barat merumuskan tentang “Syahadat / Cread, Credo (pengakuan iman rasuli) sebagai berikut: “kami percaya kepada Tuhan Bapak, Bapak Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan; dan kepada satu Tuhan (Lord) Yesus Kristus, anak tunggal Tuhan yang dilahirkan dari Bapak (yaitu dari satu zat dari Bapak) sebelum seluruh alam, Tuhan dari Tuhan, cahaya dari cahaya, Tuhan dari Tuhan yang sesungguhnya, dilahirkan (dari Tuhan) dan bukan diciptakan (oleh Tuhan), adalah satu zat dengan bapak”. Rumusan tersebut diterima oleh sidang konsili dan Arius dan teman-temannya yang menolak menanda-tangani pengakuan iman rasuli tersebut, ditangkap oleh Kaisar Konstantin dan dibuang ke Elyria. Untuk mengukuhkan keputusan ini, Kaisar Konstantin memerintahkan para uskup yang turut memutuskan Cread / Syahadat tersebut agar menganggap dan meyakini bahwa keputusan Konsili Ekumena Nicea ini sebagai ilham dari Roh Kudus.
Selanjutnya suatu hal yang merupakan penyokong doktrin Trinitas yang aneh ini adalah kata “Logos”, kata bahasa Yunani yang berarti “kalam atau firman”. Sebagai makna termuat dalam Kitab Injil Yohanes, 1:1-3, yang berbunyi: pada mulanya adalah Logos (kalam, firman); logos itu bersama-sama dengan Tuhan dan logos itu adalah Tuhan. Ia (logos) pada mulanya bersama-sama dengan Tuhan. Segala sesuatu diajarkan oleh Dia; tidak ada satupun yang telah jadi dari segala yang dijadikan”. Dan pada Yohanes, 1:14: logos (kalam, firman) itu telah menjelma menjadi manusia dan berdiam diantara kita”.
Padahal logos dalam bahasa Yunani berarti “kata” atau “Perkataan” yang telah dikenal sejak zaman Hindu atau Mesir kuno. Dalam pengertian bahasa Yunani, logos merupakan kegiatan untuk mengadakan hubungan dengan Tuhan dan kemudian. Philo Yudaeus, seorang Yahudi dari Aleksandria memperkembangkannya menjadi sebagai suatu “perantara” Tuhan dalam melahirkan maksudnya, pada ukuran tertentu kepada manusia biasa, dalam ukuran yang lebih besar kepada “roh-roh manusia terpilih”. Dalam ke-empat kitab Injil yaitu Markus, Lukas, Matius dan Yohanes, logos yang oleh Philo Yudaeus dimaksudkan sebagai sesuatu yang tak berwujud, telah dikembangkan menjadi manusia.
Sehubungan dengan ini A Pierson dalam bukunya “Geschildemis van het Roomsch Katholicisme”, halaman 256-257, menulis sebagai berikut: “bahwa logos (kalam, firman) anak sulung dari Bapak yang dilahirkan dari seorang perawan, bahwa guru kita Yesus Kristus dipakukan pada salib, mati; bangkit dan naik kelangit, tidak berbeda sedikitpun dengan anak Yupiter sebagai yang diceritakan; jadi semuanya mempunyai analog dengan dunia kafir. Marcurius adalah logos, yang menerangkan itu, guru dari segala seni; Esculapius adalah yang terlihat naik ke langit”.
Kemudian sifat kebapakan dari Tuhan, yang mewataki Tuhan sebagai pencipta, yang ditemukan dalam doktrin Trinitas, berasal dari agama Hindu, yang mengoknumkan Tuhan menjadi tiga, dimana oknum pertama adalah Brahma sebagai Pencipta, Causa Prima atau Zupitri atau Tuhan Bapak, yang dalam mithos Yunani disebut Jupiter (pencipta baru dan pemberi hukum), atau Zeus Peter dari kepercayaan Romawi.
Plato, filosof Yunani (428-389 SM) menulis dalam bukunya “Trinaeces”, menerangkan bahwa dunia diciptakan menurut cara kebapakan, sesuai dengan sifat bapak yang bekerja dan memberi hukum dalam rumah tangga.
Oleh karena itu G.J.P.J. Bolland dalam bukunya “De Theosophie”, halaman 12-13, menyatakan: “Philo Yudaeus (Yahudi dari Aleksandria) menyamakan pencipta dunia alam, Bapak dari Plato dengan Tuhan dan Pangeran menurut paham Yahudi, dan berbuat demikian wujud yang paling samar disebut atau dinamakan Bapak. Kemudian pangeran (Putera Tuhan) menjadi sama dalam idea zaman Kristen Roma”. (O. Hashem; 1983: 55-60.) Selain itu, kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh akal budi bahwa Yesus Kristus adalah manusia yang benar-benar manusia dengan sifat-sifatnya, pada saat yang bersamaan juga adalah Putera Tuhan, yang zatnya, sifatnya dan perbuatannya adalah sama dengan Tuhan (Tuhan Bapak). Didalam kitab-kitab Injil dinyatakan bahwa Yesus Kristus adalah manusia dengan segala sifat kemanusiaannya. Pada kitab Injil Markus; 10:17: “Yesus sebagai manusia; kitab Injil Matius; 21:18: “Yesus merasa lapar”; kitab Injil Lukas; 22:44: “Yesus sangat takut”; Kitab Injil Yohanes; 11:35: “Yesus menangis”; kitab Injil Matius; 26:38: “Yesus bersusah hati; 27:46: “Yesus memohon pertolongan Tuhan”.
Disamping doktrin yang menjadi dosa keimanan kaum Kristen, ada pula doktrin “penebusan dosa” yang dijadikan pedoman untuk membebaskan dosa-dosa kaum Kristen tanpa syarat apapun. Doktrin penebusan dosa berasal dari Paulus, seorang Yahudi dengan nama Saulus, yang mengaku murid Yesus Kristus, tetapi tidak pernah bertemu dengan Yesus, dan Paulus (Saulas) adalah merupakan pendiri kedua ajaran Kristen, setelah Yesus Kristus, sehingga setengah dari isi kitab-kitab Injil (Perjanjian Baru) adalah surat-surat Paulus. Dalam surat Paulus II Korintus 5:10, menyatakan: “Yesus adalah sebagai penebus dosa yang menanggung dosa seluruh umat manusia”. Mengenai cara penebusan dosa, Paulus selanjutnya menyatakan bahwa dengan bersatu pada Tuhan Yesus, manusia peroleh kebebasan; lihat Roma 8:9, 14-17, 30. dan dalam Encyclopedia Britanica, Jilid XVII, halaman 393, antara lain menulis : “dengan menjadi satu Tuhan, orang yang percaya pada hakekatnya telah bebas (selamat), karena telah memiliki jiwa keanakan Kristus”. (O.Hasham, 1983: 42-43.)
Pengertian tentang “penebusan dosa” yang dapat menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat kelak, dijelaskan oleh Dr. Bakker sebagai berikut: “semuakah manusia akan beroleh selamat oleh Yesus Kristen (pengantara) itu, sebagaimana mereka itu sudah binasa semuanya karena Adam? Tidak semuanya, hanya mereka yang percaya akan “pengantara” itu dengan iman yang benar, sebagaimana termaktub dalam Injil Yohanes, 3:16, yang demikian bunyinya: “karena demikianlah Tuhan Bapak, mengakhiri dunia ini, sehingga dikaruniakan-nya anak-nya yang tunggal itu, supaya barang siapa yang percaya akan Dia jangan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. (Dr. Bakker; Tanpa Tuhan; 44.).
Dengan penjelasan dimuka, maka dapat disimpulkan bahwa doktrin “penebusan dosa” tanpa syarat apapun, cukup apabila seseorang telah menyatakan “percaya kepada Yesus Kristus”, Putera Tuhan; artinya cukup kalam seseorang telah menjadi pemeluk agama Kristen. Sehingga apabila kaum Kristen telah membunuh ribuan warga sipil dengan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki Jepang pada tahun 1945 seperti yang dilakukan oleh kaum Kristen Amerika Serikat, mereka terbebas dari dosa pembantaian manusia dengan kejam, karena dosa-dosa mereka telah ditebus oleh Yesus Kristen, Putera Tuhan yang tunggal.
Selanjutnya, dari mulai sejarah kitab Injil (Perjanjian Baru) yang beraneka ragam dan didominasi oleh pikiran murid-murid Yesus Kristus, doktrin Trinitas yang tidak berasal / bersumber dari kitab Injil, tetapi diputuskan berdasarkan musyawarah Konsili Ekumena di Nicia sampai pada doktrin “penebusan dosa”, yang menyangkut kaum Kristen tak berdosa, maka wajarlah apabila kemudian terjadi protes-protes dari para pemeluk Kristen sendiri; sehingga menimbulkan perpecahan dengan ribuan sekte-sekte, dimana satu dengan lainnya saling mengkafirkan.
Secara historis, jemaat gereja Kristen pertama didirikan di Roma (Italia), yang pernah dikunjungi Paulus (pencentus doktrin “penebusan dosa”), Petrus (pemimpin para Rasul / murid Yesus Kristus), sehingga gereja Roma dijadikan pimpinan pusat gereja Kristen – Katolik sedunia. Sepeninggal Petrus, pimpinan gereja Kristen Kahtolik digantikan oleh Paus secara bergantian. Tetapi kepemimpinan gereja Khatolik – Roma tidak langgeng, karena pada abad V gereja Khatolik Armenia, Syria, gereja Kopti Mesir dan gereja Abessina menyatakan memisahkan diri dari gereja Kahtolik – Roma. Bahkan pada 1054, gereja Khatolik – Orthodoks Timur (Aleksandria) dan gereja Khatolik – Orthodoks Barat (Konstantinopel) memisahkan diri dari gereja Khatolik Roma. (Sadibyo Markus; 1978: lampiran I.).
Kemudian protes-protes dan perpecahan kaum Kristen sangat marak pada abad XIV hingga abad XVI. Tokoh pertama yang melakukan protes secara terbuka dan keras adalah John Wyclif 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar