Selasa, 17 Mei 2011

langsung berkaitan dengan perkembangan fisiologi, bila organisme itu secara anatomis menjadi semakin berdikari, maka secara biokimia pun kelihatan sifat-sifatnya yang khas. Bagaimana pertukaran zat-zat (metebolisme) itu berlangsung, bagaimana suhunya sendiri dapat dipertahankan dan sebagainya, itu semua semakin lancar sejauh organisme itu terlindungi terhadap pengaruh dari lingkungannya. Karena perlindungannya itu berfungsi sebagai perisai, maka ikan paus dapat mempergunakan system pernafasannya yang cukup rumit. Dengan menyebut ciri-ciri khusus itu, kita sudah sampai pada masalah pokok. Proses-proses didalam suatu organisme dapat dijabarkan secara kimia-fisis, sama dengan bagaimana didalam alam anorganis. Namun ada juga sesuatu yang khusus, yang tampak dalam pemisahan relatif terhadap dunia sekitarnya. “kepribadian” yang khas ini dipertahankan dan tampak sebagai suatu kemampuan untuk memusatkan energi. Didalam organisme yang system kimia-fisisnya menampakan surplus, suatu nilai lebih bila dibandingkan dengan lingkungannya. Supaya jangan salah paham bahwa dengan mendirikan semacam perisai itu terhadap lingkungan, organisme tadi justru menjadi suatu system terbuka yaitu suatu system yang tukar menukar zat-zat dan energi dengan lingkungannya. Didalam lingkungan itu organisme seolah-olah bertindak sendiri, lain daripada anorganis yang terikat seluruhnya didalam system hukum-hukum fisis yang membawahi lingkungannya. Didalam anorganis hanya terdapat proses seolah-olah sudah membayangi segala kehidupan seperti “Osmose” organisme hidup merupakan suatu system “stasioner”, tetapi yang tidak tertutup, dan dapat mengadakan tukar menukar zat dengan dunia luar (metabolisme). Karena proses tukar-menukar itu organisme tidak hanya dapat mempertahankan diri dalam lingkungannya yang saling bercirikan keadaan yang berlainnan (perbedaan suhu umpamanya), tetapi organisme itu juga dapat tumbuh dan berkembang.
Hal ini sangat jelas, apabila kita memperhatikan lawan kehidupan yaitu kematian. Hanya organisme yang mengenal fenomena kematian, anorganis tidak mengenal fenomena itu.
Kematian memainkan peranannya bagi organisme-organisme yang lebih tinggi derajatnya dan bagi sel-sel yang berfungsi didalam organisme itu. Chauchard pernah menerangkan bahwa gejala ini disebabkan, karena organisme-organisme yang lebih tinggi derajatnya itu mempunyai deferensiasi yang lebih besar (susunannya lebih rumit) dan ini membatasi kemampuannya untuk melipatgandakan sel-selnya makinn terorganisasikan kehidupan, makin terlindung terhadap lingkungannya, makin maju juga spesialisasikan organisme itu makin jelas orientasinya dan arahnya. Dan ini memuncak pada diri manusia. Maka pada manusia, kematian menampakan sifat sebagai suatu malapetaka. Sifat khusus organisme ialah makan dan minum (pada tumbuhan-tumbuhan disebut asimilasi). Dalam rangka metabolisme itu lewat makan dan minum, energi dimasukan kedalam organisme. Proses ini (makan dan minum), juga dinamakan “asimilasi dalam arti luas” bila tujuannya untuk pembinaan tubuh, berlawanan dengan “keasimilasi” yang justru memecahkan zat-zat (lewat pernafasan disediakan energi yang diperlukan bagi aktifitas organisme). Proses asimilasi juga memberi patokan untuk membedakan tingkatan organisme, seperti antara tumbuh-tumbuhan (flora) dan hewan (fauna). Adapun asimilasi itu dapat berbentuk autotrofi dan heterotrofi yang autotrofi ialah flora hijau yang langsung dapat mengubah energi yang tak terikat menjadi zat-zat anorganis yang diperlukan untuk membina tubuhnya. Dalam hal ini hijau daun dan CO2 dari udara diubah dengan bantuan energi matahari (asimilasi dalam arti kata sempit), dijadikan zat arang yang demikian penting bagi segala zat organis. Yang heterotrafi seperti jamur-jamur, kebanyakan bakteri, terutama hewan dan manusia, harus mengandalkan zat-zat organis dan hidup dari organisme lainnya atau daripada hasilnya (seperti susu, telur, madu). Mereka mempergunakan energi lebih banyak dari pada organisme yang autotrofi.
Demikianlah lewat morfologi dan fisiologi mulai tampak didalam organisme suatu pola yang makin terinci dan makin dikhususkan. Pola ini perlu untuk mengatur sendiri tata kehidupan organisme, terutama untuk mempertahankan hidupnya dan identitasnya terhadap lingkungan dalam mengatur metabolisme. (C.A. van Peursen; 1980: 170-173).
Dengan begitu organisme secara esensial adalah sesuatu yang dapat menyempurnakan diriny sendiri (otoperfektif). Karenanya organisme mempunyai suatu kesatuan substansial. Dengan demikian, organisme secara fundamental mempunyai ciri tersendiri, dari kelahiran sampai kedewasaanny, dari kedewasaanya sampai kematiannya. Juga karena kesatuan substansial itulah, maka apa yang prinsip dan apa yang menjadi hasil kegiatan-kegiatan otoperfektif menjadi realitas yang sama.
Jelasnya kesatuan substansi itu adalah kesatuan yang dinamis dan yang menstruktukan, sumber pertama dari aktivitas-aktivitas yang beraneka ragam dan terkoordinasikan pada setiap organisme, yaitu energi yang primodial. Kesatuan substansial sebagai organisme yang kompleks dan setunggal manusia, sekaligus dapat bernafas, bergerak, berasimilasi, berpindah, menikmati kesenangan atau menderita, mendengarkan, belajar, mengambil keputusan, jatuh cinta, bergembira dan berputus asa.
Kesatuan substansial itu seharusnya dalam badan tertentu mempunyai kesadaran, yaitu sesuatu yang menyebabkan, dalam arti tertentu, bahwa organisme hadir pada dirinya sendiri. Karenanya organisme yang kegiatan aslinya adalah menyempurnakan diri, harus mempunyai didalam dirinya gambaran antara idea tentang apa yang akan dinyatakan dalam karya seninya. Tetapi hanya setiap organisme pertama-tama berapa realisasi dirinya sendiri, menurut dalil-dalil spesiesnya sesuai dengan kodratnya.
Kemudian bahwa kesatuan substansial dan yang menstrukturkan pada organisme itu, yang sekaligus merupakan dinamisme yang mengakibatkan dia berbuat dan mencoba merealisasikan ideanya adalah sesuatu yang menyangkut “subjektifitas” sesuatu yang menjadi kodrat dari semacam “aku” sesuatu yang berbeda secara esensial dari hanya yang bersifat objek. Sesuatu yang tak dapat direalisasikan pada kategori atau otak instrument. Cara atau apapun yang digunakan untuk membuat sesuatu. Sebagai hasil dari apa yang paling inti didalamnya, organisme dapat berinisiatif dan berpedoman. Dia tidak hanya bereaksi secara mekanik, tetapi dengan suatu otonomi dan inventivitas (berfikir), seperti suatu organisme yang dalam ukuran tertentu mampu bertanggung jawab atas dirinya. Adalah yang dikemukakan oleh M. Merkau Ponty.
Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa semua organisme ada dua aspek atau dua unsur yang esensial. Pertama, adalah keseluruhan yang berorgan dan tersusun, yang dinamakan badan. Kedua, adalah kesatuan substansial yang disebut jiwa. Tentu saja badan dan jiwa solider dan menyatu satu sama lain, dan bersama merupakan satu organisme saja, satu substansi yang utuh, walaupun mereka (badan dan jiwa) dari kodrat yang berlainan. Sebagaimana dalam isyarat unsur inderawi berbeda dengan signifikasi (pengertian) tergaris didalamnya meskipun kedua-duanya bersama-sama merupakan satu realitas saja. Begitu pula, dalam setiap organisme, badan berbeda dengan jiwa yang terjelma didalamnya, walaupun kedua-duanya merupakan satu “yang ada” (being) yang sama.
Itulah definisi yang paling umum mengenai kodrat esensial dan organisme. Apakah itu flora, fauna atau manusia. Organisme adalah suatu substansi natural yang berbentuk dari badan dan jiwa, dari keseluruhan yang berorgan dan kesatuan fudamental, dari suatu struktur inderawi dan subjektifitas metainderawi. (Louis Leahy; 1985: 37-39).
Tentang definisi ini, terutama pada dunia ilmiah, banyak yang tidak sependapat, khususnya yang menyangkut jiwa. Sebab dewasa ini kehidupan bisa dibuat di laboratorium menurut beberapa ilmuan, hal ini membuktikan bahwa organisme hanya tersusun dari unsur-unsur inderawi dan fisik. Terhadap masalah ini, pertama harus dijawab akan selalu terdapat perbedaan besar antara membuat jaringan yang hidup, yang didalamnya muncul beberapa vital (kehidupan) elementer dan kedua, membuat suatu organisme yang hidup otonom, yang bertindak dari dan untuk dirinya sendiri.
Bahkan seandainya, pada suatu ketika, para ilmuan berhasil untuk membuat secara artifisial suatu organisme yang otentik, namun organisme tidak akan tanpa prinsip dinamika dan menyusun, yang di sebut jiwa. Unsur-unsur yang membentuk organisme, apakah dia lahir dari organisme yang sama (dari 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar