Selasa, 17 Mei 2011

Oleh karena itu, bunyi firman Tuhan dalam kitab ulangan 7:14 benar-benar palsu. Sebab, apabila firman Tuhan itu benar, maka kaum Yahudi sebagai bangsa istimewa yang harus menguasai bangsa-bangsa di dunia maka tidak akan terjajah selama 670 tahun lamanya. Secara theologi, setiap kalimat dari firman Tuhan bersifat mutlak, artinya berlaku dimana saja dan kapan saja. Tetapi kenyataannya kaum Yahudi pernah menjadi bangsa budak dan terjajah selama 2670 tahun.
Tetapi mengapa rahib-rahib Yahudi merumuskan bunyi surat 7:14 dari kitab Ulangan seperti itu; jawabannya ialah: pertama, untuk menumbuhkan semangat juang, agar kaum Yahudi bebas dari penjajahan atas nama Tuhan.; kedua, untuk menambah kepercayaan diri yang tinggi, yang sekaligus menambahkan arogansi nasionalisme kaum Yahudi.
Alasan dari jawaban tersebut sangat relevan / sangat cocok dengan bunyi surat; 2:10-16 dari kitab Ulangan, yang berisi sebagai berikut: “ketika kamu sudah mendekati pada suatu tanah yang kamu tuju untuk kamu perangi, ajaklah mereka untuk berdamai, kalau mereka mau berdamai dan telah banyak memberikan kebebasan kepada kamu, maka penduduk yang tinggal di daerah tersebut boleh kamu tipu dan boleh kamu perbudak. Tetapi jika mereka tidak menyerah, bahkan terus memerangi kamu, maka kepunglah mereka itu. Dan jika Tuhanmu menyerahkan daerah itu ketanganmu, maka pukullah semua kaum laki-lakinya dengan ketajaman pedangmu. Adapun orang-orang perempuan dan anak-anak serta binatang-binatang bahkan semua yang berada di situ boleh kamu rampas semua untuk kepentingan dirimu supaya kamu menjadi bangsa yang paling istimewa mengatasi semua bangsa yang ada dipermukaan bumi ini.
Lebih jauh dari itu, dalam kitab Talamud yang ditulis oleh Rahib Ezra (Uzair), orang suci yang kemudian hari diyakini oleh kaum Yahudi sebagai anak Tuhan seperti Yesus Kristus pada Agama Kristen, tampak jelas bahwa kaum Yahudi adalah manusia super istimewa, karena mereka adalah Anak-Tuhan yang mempunyai esensi / substansi yang sama dengan Tuhan, sedangkan manusia non Yahudi adalah sama derajatnya dengan hewan. Semua harta kekayaan berada di kolong langit ini hanya teruntuk bagi kaum Yahudi, Anak-Tuhan. Untuk lebih jelasnya sebagian dari isi kitab Talmud adalah sebagai berikut:
a.       Tuhan mengizinkan kepada bangsa Yahudi untuk menguasai harta-benda milik manusia non Yahudi.
b.       Tuhan telah menjadikan hewan dan manusia non Yahudi untuk bangsa pilihannya yakni bangsa Yahudi, karena Tuhan mengetahui bahwa kaum Yahudi memerlukan kedua jenis hewan, yang buas dan manusia yang bisa bicara tersebut.
c.       Semua harta-benda selain kepunyaan orang Yahudi dianggap sebagai harta-karun yang terbengkalai dan kaum Yahudi berhak untuk menguasai dan mengaturnya.
d.       Kaum Yahudi adalah kesayangan Tuhan, lebih disayangi dari malaikat-malaikan-nya, sebab kaum Yahudi terdiri dari unsur Tuhan, ibarat anak dari unsur bapaknya.
e.       Kalau tidaklah karena bangsa Yahudi, baru lenyaplah keberkahan di bumi ini, tertutuplah matahari dan tidak akan turun hujan. (LPPA Muhammadiyah; 1978: 16-17). Tiada landasan doktrin sebagaimana tentang dalam kitab ulangan dan kitab Talamud diatas, maka iman, Cread, Credo kaum Yahudi kepada monotheisme, Tuhan yang Esa, yakni Tuhan Yahwe “hanya teruntuk bagi kaum Yahudi. (Carlton J. H. et. Al; 1959:49.). Umat manusia non Yahudi tidak berhak mempunyai Tuhan Yahwe, karena mereka adalah manusia sederajat dengan hewan atau hewan yang bisa berbicara, yang tidak layak mempunyai Tuhan Yahwe. Berdasarkan uraian dipaparkan di muka, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
-           Kitab Taurat dan kitab Talmud, yang ditulis kembali pada abad ke-6 SM berdasarkan ingatan, hapalan dan cerita para Rahib, murni karangan para rahib.
-           Doktrin Theologi tentang keimanan, Cread, Credo kepada Tuhan yang Maha Esa (Monotheisme) yakni “Tuhan Yahwe” yang hanya buat kaum Yahudi, benar-benar lahir dari pikiran subjektifitas orang Yahudi.
-           Ajaran dari Kitab Taurat dan Talmud, yang menyatakan kaum Yahudi sebagai bangsa istimewa, karena mereka anak-anak Tuhan, yang substansinya sama dengan Tuhan Yahwe, suatu pelecehan terhadap Tuhan yang Maha Esa, Maha Agung, Maha Mulia, Maha Kuasa dan Maha Suci. Disamping kesombongan / arogansi kaum Yahudi yang melebihi Syaitan / Iblis.
-           Ajaran Kitab Taurat, yang menyatakan bahwa orang-orang non Yahudi boleh diperbudak, dibawah sekehendak hati kaum Yahudi adalah manifestasi dari dendam-kesumat dan kebencian kaum Yahudi karena telah beribu-ribu tahun mereka dijajah silih berganti oleh bermacam-macam bangsa di dunia.
-           Ajaran kitab Taurat, yang menyatakan bahwa kaum Yahudi boleh menipu dan berkhianat terhadap kaum non Yahudi, benar-benar suatu ajaran yang bersumber dari pemikiran yang kemasukan syaitan.
Selanjutnya pengaruh agama Yahudi dengan pandangan hidup Yudaismenya terhadap kaum Kristen dengan pandangan hidup Kristianismenya sangat besar, baik dari doktrin theologinya, diterimannya kitab Taurat (perjanjian lama) sebagai kitab suci kedua agama Kristen sampai pada peran politik, ekonomi dan sosial kaum yahudi terhadap kaum Kristen. Peran kaum Yahudi yang begitu besar hampir disemua dimensi kehidupan, maka kaum Kristen mengganggap kaum Yahudi sebagai “saudara tua” mereka, sehingga segala kepentingan kaum Yahudi, baik theologi, politik, ekonomi dan sosial harus dibela dan dipenuhi, apapun resikonya.
Kemudian mengenai peran kaum Yahudi terhadap kaum Kristen, sebagaimana disebutkan dimuka, akan dipaparkan secara luas pada saat pembicaraan tentang Kristianisme.


1.        Kristianisme
Berbicara tentang kitab Injil (Perjanjian Baru) yang ada sekarang, memang terlalu banyak bukti bagi setiap orang untuk meragukan: apakah kitab Injil semacam ini yang pernah diturunkan kepada Nabi Isa a.s (Yesus kristus)? Sebab, sebagaimana diketahui bahwa Yesus Kristus yang wafat pada usia 33 tahun tidak meninggalkan pelajaran secara tertulis walau agak serangkum; baru sekitar tahun 65 lahir Injil Markus, kemudian disusul oleh lahirnya Injil Lukas pada tahun 70; lalu muncul lagi Injil Mathius pada tahun 85, sedang Injil Yohanes baru lahir permulaan tahun 95. (Sudibyo Markus; 1978:14).
Bilamana ketiga Injil permulaan, yaitu Injil Markus, Injil Matius dan Injil Lukas, disusun dengan isinya dalam kolom-kolom, maka akan ditemukan persamaan-persamaan yang sangat menakjubkan. Injil-Injil tersebut dinamakan Injil sinoptik sejak Grisbah (1812), karena mengandung persamaan-persamaan dalam isi, susunan kata, pramasastra Yunaninya. Bruno Bauer (1809-1882), filosuf dan law theology Kristen Jerman, dipecat dari Universitas Bonn, karena telah mengkritik Injil-Injil Sinoptik tersebut, dalam bukunya “Kritik der Evangelischen Gechichte Synoptiken” (Kritik Terhadap Sejarah Injil Sinoptik), yang terdiri dari dua jilid dan terbit di Reipzig pada tahun 1841. dari penelitian ilmiah membuktikan kebenaran tersebut dan menyatakan dengan tegas bahwa Injil Matius dan Lukas telah disusun oleh penulis-penulisnya dengan rujukan yang bersumber dari Injil Markus dan suatu Injil lain, yang termasuk bacaan rahasia, yaitu Logika dan Pribahasa Yesus Kristus.
G.A. van Den Berg von Eysinga, dalam bukunya “De Oudtse Chris Telike Geschiften; halaman 33, menulis antara lain; Injil Markus yang asli telah dipergunakan sebagai sumber Injil Matius dan Injil Lukas, dan masih ditambah lagi dengan logia atau pribahasa Yesus.
Kemudian satu masalah yang tabu terpecahkan ialah bahwa banyak para pendeta Kristen pada abad kedua, yang tidak mengenal atau malah tidak tahu menahu dan tidak mempergunakan ke-empat Injil yang sekarang. Yustianus (150) umpamanya, bukan saja tidak mempergunakan Injil tersebut, tetapi bahkan tidak mengenalnya; dan ternyata pula surat-surat dari Paulus yang mengisi hampir setengah dari Injil, baru dikenal pada abad kedua Masehi.
Inilah gerangan yang menyebabkan Bruno Baun dan kawan-kawannya di Jerman; G.J.P.J. Boeland dan kawan-kawannya di Belanda; William Benjamin Smith dan kawan-kawan di Amerika Serikat, dan John M Rekston dan kawan-kawannya di Inggris meragukan menerima Yesus Kristus sebagai manusia yang pernah lahir kedunia. Mereka mengira-ngirakan bahwa agama Kristen telah timbul secara perlahan-lahan dari Yunani, Hindu dan Persia, yang ditulis oleh pengarang-pengarang Injil melalui pendengaran yang kemudian disejarahkan (O. Haslam; 1983: 70-71.). Selanjutnya, sebagaimana diketahui bahwa Injil markus, Injil Matius, Injil Lukas dan Injil Yohanes hanyalah sebagian kecil dari Injil-Injil yang pernah ditulis sesudah meninggalnya Yesus Kristus, sedangkan yang terbanyak daripadanya telah menjadi korban dari sejarah Gereja 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar